LAGI-LAGI WAHABI MENCATUT DAN MEMOTONG QOUL IMAM NAWAWI DALAM SYARAH SHAHIH MUSLIM
LAGI-LAGI WAHABI MENCATUT DAN MEMOTONG QOUL IMAM NAWAWI DALAM SYARAH SHAHIH MUSLIM
==================================
Ini point/inti dari qoul Imam Nawawi dlm Syarah Muslim:
وأما قراءة القرآن فالمشهور من مذهب الشافعى أنه لا يصل ثوابها إلى الميت وقال بعض أصحابه يصل ثوابها إلى الميت وذهب جماعات من العلماء إلى أنه يصل إلى الميت ثواب جميع العبادات من الصلاة والصوم والقراءة وغير ذلك
“Adapun bacaan al qur’an maka yang populer (masyhur) dari madzhab Syafi’iy, “sesungguhnya pahala bacaan al qur’an tidak sampai kepada mayit”, dan sebagian Ashabuna (para Ulama Syafi’iyyah) berkata : “pahala tsb (bacaan qur’an) bisa sampai kepada mayit”, dan segolongan para Ulama’ memilih : “Sesungguhnya pahala semua Ibadah berupa sholat, puasa, bacaan al qur’an dan yang lain bisa sampai kepada si mayit.” (Syarah Muslim, 1/90)
--------------------------------------
Dan ini satu halaman lengkapnya terkait perkataan Imam Nawawi...
Beliau menyebutkan :
وأما قراءة القرآن فالمشهور من مذهب الشافعى أنه لا يصل ثوابها إلى الميت وقال بعض أصحابه يصل ثوابها إلى الميت وذهب جماعات من العلماء إلى أنه يصل إلى الميت ثواب جميع العبادات من الصلاة والصوم والقراءة وغير ذلك وفى صحيح البخارى فى باب من مات وعليه نذر أن بن عمر أمر من ماتت أمها وعليها صلاة أن تصلى عنها وحكى صاحب الحاوى عن عطاء بن أبى رباح واسحاق بن راهويه أنهما قالا بجواز الصلاة عن الميت وقال الشيخ أبو سعد عبد الله بن محمد بن هبة الله بن أبى عصرون من أصحابنا المتأخرين فى كتابه الانتصار إلى اختيار هذا، وقال الامام أبو محمد البغوى من أصحابنا فى كتابه التهذيب لا يبعد أن يطعم عن كل صلاة مد من طعام طعام وكل هذه إذنه كمال ودليلهم القياس على الدعاء والصدقة والحج فانها تصل بالاجماع
“Adapun pembacaan al-Qur’an, yang masyhur dari madzhab asy-Syafi’i pahalanya tidak sampai kepada mayyit, sedangkan sebagian ashabusy syafi’i (‘ulama syafi’iyah) mengatakan pahalanya sampai kepada mayyit, dan pendapat kelompok-kelompok ulama juga mengatakan sampainya pahala seluruh ibadah seperti shalat, puasa, pembacaan al-Qur’an dan selain yang demikian, didalam kitab Shahih al-Bukhari pada bab orang yang meninggal yang memiliki tanggungan nadzar, sesungguhnya Ibnu ‘Umar memerintahkan kepada seseorang yang ibunya wafat sedangkan masih memiliki tanggungan shalat supaya melakukan shalat atas ibunya, dan diceritakan oleh pengarang kitab al-Hawi dari ‘Atha’ bin Abu Ribah dan Ishaq bin Ruwaihah bahwa keduanya mengatakan kebolehan shalat dari mayyit (pahalanya untuk mayyit). Asy-Syaikh Abu Sa’ad Abdullah bin Muhammad Hibbatullah bin Abu ‘Ishrun dari kalangan syafi’iyyah mutaakhhirin (pada masa Imam an-Nawawi) didalam kitabnya al-Intishar ilaa ikhtiyar adalah seperti pembahasan ini. Imam al-Mufassir Muhammad al-Baghawiy dari anshabus syafi’i didalam kitab at-Tahdzib berkata ; tidak jauh (tidaklah melenceng) agar memberikan makanan dari setiap shalat sebanyak satu mud, dan setiap hal ini izinnya sempurna, dan dalil mereka adalah qiyas atas do’a, shadaqah dan haji, sesungguhnya itu sampai berdasarkan ijma’.” (Lihat : Syarah Shahih Muslim 1/90)
__________________________________________
– Obyek Perkara: Sampainya Pahala Kebaikan Untuk Orang Yang Telah Meninggal
– Status: Khilaf (terjadi perbedaan pendapat) dgn rincian sbb:
1. Khusus PAHALA bacaan al qur’an (bukan yg lain)
a. Yang populer dari Imam Syafi’i: Tidak sampai
b. Sebagian Ulama Syafi’iyyah: Sampai Mutlaq
c. Sebagian yg lain: Sampai, dgn cara meniatkannya ntk mayit, atau membacanya di sisi mayit, atau mendo’akan agar pahalanya di hadiahkan ntk mayit.
2. Berupa shodaqoh, do’a serta kebajikan yg lain: Sampai.
KESIMPULAN:
Dari beberapa pendapat Imam Syafi’i dan para Ulama Syafi’iyyah diatas kita dapati beberapa hal:
1. Baik dari Imam Syafi’i maupun Para Ulama Syafi’iyyah nggak didapati mereka mengharamkan kenduri kematian, kecuali jika dlm pembiayaannya menggunakan hak org lain dgn cara yg gak dibenarkan syaro’.
2. Hukum yg didapati dari beberapa pandangan diatas adlah, “MAKRUH” dgn ketentuan jika tradisi tersebut dianggap “Niyahah, Ma’tam,”.
3. Seandainya tradisi yg ada disekitar kita memang layak dihukumi makruh, kemakruhan tersebut gak menghilangkan pahala kebaikan yg ada didalamnya, sebagaimana fatwa NU pertama 1926, pada soal No 18 dlm Ahkamul Fuqoha’.
NB:
Imam Syafi’i mengatakan: "aku menyukai seandainya dibacakan Alqur’an disamping qubur dan dibacakan do’a ntk mayyit" (Ma’rifatus Sunani wal Atsar 7743 lil-Imam al-Muhaddits al-Baihaqi).
#Dapat tambahan ilmu dari Yai Ma'ruf Khozin:
ﻭﺃﺣﺐ ﻟﻮ ﻗﺮﺉ ﻋﻨﺪ اﻟﻘﺒﺮ، ﻭﺩﻋﻲ ﻟﻠﻤﻴﺖ ﻭﻟﻴﺲ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﺩﻋﺎء ﻣﺆﻗﺖ (الام 1/322)
Imam Syafii: "Saya senang jika dibacakan Quran di dekat kubur. Tidak ada waktu tertentu untuk doa" (al Umm 1/322)
Menurut ahli hadis al-Hafidz Ibnu Hajar, Imam Syafi’i yg memperbolehkan membaca al-Quran di kubur memiliki konsekuwensi bhwa Imam Syafi'i berpendapat pahala bacaan Quran sampai pada mayit
وروى أيضا عن الزعفراني قال سألت الشافعي رضي الله عنه القراءة عند القبر فقال لا بأس به // حسن //
وهذا نص غريب عن الشافعي والزعفراني من رواة القديم وهو ثقة وإذا لم يرد في الجديد ما يخالف منصوص القديم فهو معمول به ولكن يلزم من ذلك أن يكون الشافعي قائلا بوصول ثواب القرآن لأن القرآن أشرف الذكر (الامتاع بالاربعين المتيباينة السماع)
Salafi itu tidak punya madzhab kok mau sok tahu bicara madzhab Syafii???
==================================
Ini point/inti dari qoul Imam Nawawi dlm Syarah Muslim:
وأما قراءة القرآن فالمشهور من مذهب الشافعى أنه لا يصل ثوابها إلى الميت وقال بعض أصحابه يصل ثوابها إلى الميت وذهب جماعات من العلماء إلى أنه يصل إلى الميت ثواب جميع العبادات من الصلاة والصوم والقراءة وغير ذلك
“Adapun bacaan al qur’an maka yang populer (masyhur) dari madzhab Syafi’iy, “sesungguhnya pahala bacaan al qur’an tidak sampai kepada mayit”, dan sebagian Ashabuna (para Ulama Syafi’iyyah) berkata : “pahala tsb (bacaan qur’an) bisa sampai kepada mayit”, dan segolongan para Ulama’ memilih : “Sesungguhnya pahala semua Ibadah berupa sholat, puasa, bacaan al qur’an dan yang lain bisa sampai kepada si mayit.” (Syarah Muslim, 1/90)
--------------------------------------
Dan ini satu halaman lengkapnya terkait perkataan Imam Nawawi...
Beliau menyebutkan :
وأما قراءة القرآن فالمشهور من مذهب الشافعى أنه لا يصل ثوابها إلى الميت وقال بعض أصحابه يصل ثوابها إلى الميت وذهب جماعات من العلماء إلى أنه يصل إلى الميت ثواب جميع العبادات من الصلاة والصوم والقراءة وغير ذلك وفى صحيح البخارى فى باب من مات وعليه نذر أن بن عمر أمر من ماتت أمها وعليها صلاة أن تصلى عنها وحكى صاحب الحاوى عن عطاء بن أبى رباح واسحاق بن راهويه أنهما قالا بجواز الصلاة عن الميت وقال الشيخ أبو سعد عبد الله بن محمد بن هبة الله بن أبى عصرون من أصحابنا المتأخرين فى كتابه الانتصار إلى اختيار هذا، وقال الامام أبو محمد البغوى من أصحابنا فى كتابه التهذيب لا يبعد أن يطعم عن كل صلاة مد من طعام طعام وكل هذه إذنه كمال ودليلهم القياس على الدعاء والصدقة والحج فانها تصل بالاجماع
“Adapun pembacaan al-Qur’an, yang masyhur dari madzhab asy-Syafi’i pahalanya tidak sampai kepada mayyit, sedangkan sebagian ashabusy syafi’i (‘ulama syafi’iyah) mengatakan pahalanya sampai kepada mayyit, dan pendapat kelompok-kelompok ulama juga mengatakan sampainya pahala seluruh ibadah seperti shalat, puasa, pembacaan al-Qur’an dan selain yang demikian, didalam kitab Shahih al-Bukhari pada bab orang yang meninggal yang memiliki tanggungan nadzar, sesungguhnya Ibnu ‘Umar memerintahkan kepada seseorang yang ibunya wafat sedangkan masih memiliki tanggungan shalat supaya melakukan shalat atas ibunya, dan diceritakan oleh pengarang kitab al-Hawi dari ‘Atha’ bin Abu Ribah dan Ishaq bin Ruwaihah bahwa keduanya mengatakan kebolehan shalat dari mayyit (pahalanya untuk mayyit). Asy-Syaikh Abu Sa’ad Abdullah bin Muhammad Hibbatullah bin Abu ‘Ishrun dari kalangan syafi’iyyah mutaakhhirin (pada masa Imam an-Nawawi) didalam kitabnya al-Intishar ilaa ikhtiyar adalah seperti pembahasan ini. Imam al-Mufassir Muhammad al-Baghawiy dari anshabus syafi’i didalam kitab at-Tahdzib berkata ; tidak jauh (tidaklah melenceng) agar memberikan makanan dari setiap shalat sebanyak satu mud, dan setiap hal ini izinnya sempurna, dan dalil mereka adalah qiyas atas do’a, shadaqah dan haji, sesungguhnya itu sampai berdasarkan ijma’.” (Lihat : Syarah Shahih Muslim 1/90)
__________________________________________
– Obyek Perkara: Sampainya Pahala Kebaikan Untuk Orang Yang Telah Meninggal
– Status: Khilaf (terjadi perbedaan pendapat) dgn rincian sbb:
1. Khusus PAHALA bacaan al qur’an (bukan yg lain)
a. Yang populer dari Imam Syafi’i: Tidak sampai
b. Sebagian Ulama Syafi’iyyah: Sampai Mutlaq
c. Sebagian yg lain: Sampai, dgn cara meniatkannya ntk mayit, atau membacanya di sisi mayit, atau mendo’akan agar pahalanya di hadiahkan ntk mayit.
2. Berupa shodaqoh, do’a serta kebajikan yg lain: Sampai.
KESIMPULAN:
Dari beberapa pendapat Imam Syafi’i dan para Ulama Syafi’iyyah diatas kita dapati beberapa hal:
1. Baik dari Imam Syafi’i maupun Para Ulama Syafi’iyyah nggak didapati mereka mengharamkan kenduri kematian, kecuali jika dlm pembiayaannya menggunakan hak org lain dgn cara yg gak dibenarkan syaro’.
2. Hukum yg didapati dari beberapa pandangan diatas adlah, “MAKRUH” dgn ketentuan jika tradisi tersebut dianggap “Niyahah, Ma’tam,”.
3. Seandainya tradisi yg ada disekitar kita memang layak dihukumi makruh, kemakruhan tersebut gak menghilangkan pahala kebaikan yg ada didalamnya, sebagaimana fatwa NU pertama 1926, pada soal No 18 dlm Ahkamul Fuqoha’.
NB:
Imam Syafi’i mengatakan: "aku menyukai seandainya dibacakan Alqur’an disamping qubur dan dibacakan do’a ntk mayyit" (Ma’rifatus Sunani wal Atsar 7743 lil-Imam al-Muhaddits al-Baihaqi).
#Dapat tambahan ilmu dari Yai Ma'ruf Khozin:
ﻭﺃﺣﺐ ﻟﻮ ﻗﺮﺉ ﻋﻨﺪ اﻟﻘﺒﺮ، ﻭﺩﻋﻲ ﻟﻠﻤﻴﺖ ﻭﻟﻴﺲ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﺩﻋﺎء ﻣﺆﻗﺖ (الام 1/322)
Imam Syafii: "Saya senang jika dibacakan Quran di dekat kubur. Tidak ada waktu tertentu untuk doa" (al Umm 1/322)
Menurut ahli hadis al-Hafidz Ibnu Hajar, Imam Syafi’i yg memperbolehkan membaca al-Quran di kubur memiliki konsekuwensi bhwa Imam Syafi'i berpendapat pahala bacaan Quran sampai pada mayit
وروى أيضا عن الزعفراني قال سألت الشافعي رضي الله عنه القراءة عند القبر فقال لا بأس به // حسن //
وهذا نص غريب عن الشافعي والزعفراني من رواة القديم وهو ثقة وإذا لم يرد في الجديد ما يخالف منصوص القديم فهو معمول به ولكن يلزم من ذلك أن يكون الشافعي قائلا بوصول ثواب القرآن لأن القرآن أشرف الذكر (الامتاع بالاربعين المتيباينة السماع)
Salafi itu tidak punya madzhab kok mau sok tahu bicara madzhab Syafii???
Post a Comment