SAYYIDAH FATIMAH AZ-ZAHRA PUTRI RASULILLAH SHOLLAHU ALAIHI WASALLAM..WANITA TELADAN SEPANJANG MASA..
SAYYIDAH FATIMAH AZ-ZAHRA PUTRI RASULILLAH SHOLLAHU ALAIHI
WASALLAM..WANITA TELADAN SEPANJANG MASA..( suri dan tauladan kaum
hawa..yang banyak terlupakan tertutup takut di cap Syiah, dan anti bagi
Wahabi )
Fatimah az Zahra adalah putri Nabi Muhammad saw dan Khadijah al Kubra. Beliau adalah anak perempuan keempat Rasulullah saw. Beliau memiliki banyak nama panggilan, di antaranya ialah: Az Zahra (yang bersinar cemerlang), Shiddiqah (yang membenarkan), Thahirah (yang suci), Mubarakah (yang diberkati), Radhiyah (yang ridha), Mardhiyah (yang diridhai), Muhadatsah (yang berbicara dengan malaikat di masa kecil), dan Batul.
Fatimah az Zahra adalah putri Nabi Muhammad saw dan Khadijah al Kubra. Beliau adalah anak perempuan keempat Rasulullah saw. Beliau memiliki banyak nama panggilan, di antaranya ialah: Az Zahra (yang bersinar cemerlang), Shiddiqah (yang membenarkan), Thahirah (yang suci), Mubarakah (yang diberkati), Radhiyah (yang ridha), Mardhiyah (yang diridhai), Muhadatsah (yang berbicara dengan malaikat di masa kecil), dan Batul.
Secuplik kisah beliau Sayyidah Fatimah, semoga jadi bahan renungan dan
mau membuka tarikh, untuk mengambil contoh suri dan tauladan akan budi
luhurnya beliau... Semasa hidupnya, Ali bin Abi Thalib dan istrinya,
Fatimah Az-Zahra dapat saja hidup dengan mudah dan harta yang berlimpah.
Karena mereka adalah putri dan menantu Nabi Muhammad SAW. Namun hal itu
tidak pernah mereka lakukan.
Ada sebuah kisah mengenai suatu hari dimana Rasulullah datang mengunjungi Fatimah, dan mencari cucu-cucunya. Fatimah menjawab, “Pagi ini tidak ada sesuatu di rumah yang dapat dicicipi, sehingga Ali mengatakan,’Saya akan pergi dengan keduanya ke rumah seorang Yahudi.” Rasulullah kemudian menyusulnya dan melihat kedua cucunya sedang memainkan sisa kurma. Rasul bertanya, “Wahai Ali, mengapa engkau tidak menyuruh kedua anakku ini pulang sebelum mereka kepanasan?” Ali menjawab, “Pagi ini tak ada sesuatu pun yang kami miliki di rumah. Bagaimana jika engkau duduk dulu, wahai Rasulullah, sampai aku mengumpulkan buah untuk Fatimah?” Begitulah yang dilakukan Ali bin Abi Thalib, pejuang Islam yang perkasa. Ia tak segan menimba air untuk seorang Yahudi, dimana untuk setiap timba ia mendapat sebutir kurma. Setelah terkumpul cukup untuk ia dan keluarganya, ia pun kembali ke rumah.
Pernah satu hari, menurut cerita Imran bin Hushain, Fatimah muncul di depan Rasulullah dengan wajah kekuning-kuningan dan pucat akibat kelaparan. Rasulullah lalu berkata, “Mendekatlah Fatimah.” Setelah itu beliau berdoa, “Ya Allah yang mengenyangkan orang yang lapar dan mengangkat orang yang jatuh, janganlah engkau laparkan Fatimah binti Muhammad.” Imran bersaksi, “Darah tampak kembali di wajahnya dan hilanglah kekuning-kuningannya.”
KISAH LAINNYA : Suatu hari Rasulullah sedang bepergian. Saat itu Ali baru mendapat ghanimah (harta rampasan perang), lalu membawanya ke Fatimah. Dua gelang perak diambil Az-Zahra, juga menggantungkan tirai di atas pintunya.
Salah satu kebiasaan Rasulullah ketika bepergian adalah selalu datang ke rumah Fatimah sebelum berangkat dan segera sesudah pulang. Maka begitu ia mendapati kedua gelang perak di tangan Fatimah saat pulang dari perjalanan, ia pun langsung beranjak pergi.
Fatimah menangis. Ia panggil Hasan dan Husein. Diberikannya gelang perak pada yang satu, dan tirai pada saudaranya, lalu dikirimnya mereka kepada sang ayah. Az-Zahra berpesan, “Pergilah kalian ke tempat ayahku, ucapkan salam kepadanya dan katakan kepadanya, ’Kami tidak akan melakukannya lagi, dan ini kami serahkan kepadamu.”
Saat Rasulullah menerima pesan tersebut, ia pun mencium kedua cucunya, memeluknya, lalu mendudukkan mereka masing-masing di atas pahanya.
Lalu gelang perak itu dipotong-potong dan membagi-bagikannya pada sekelompok Muhajirin yang tak punya tempat tinggal dan harta. Sedangkan tirai dibagikan kepada orang-orang diantara mereka yang tidak berpakaian.
Kemudian Rasulullah berdoa, “Allah mengasihi Fatimah. Sungguh ia akan memberinya pakaian surga dengan sebab tirai ini, dan akan memberinya perhiasan surga dengan sebab kedua gelang ini.”
Ibadah Fatimah az Zahra
Hasan Basri (wafat tahun 110 H), salah seorang abid (ahli ibadah) dan seorang sufi terkenal mengatakan bahwa Fatimah az Zahra begitu luar biasa dalam beribadah sehingga [seperti ayahnya Rasulullah saw] kedua kakinya bengkak. Hasan Basri juga menegaskan bahwa tidak ada seorang pun di tengah umat yang mampu menandingi zuhud, ibadah dan ketakwaan Fatimah.
Peran Fatimah dalam Peperangan di Masa Awal Islam
Selama 10 tahun pemerintahan Nabi saw di Madinah, terjadi 27 atau 28 peperangan (ghazwah) dan 35 sampai 90 Sariyah. Ghazwah ialah peperangan yang langsung dipimpin oleh Nabi saw dan beliau melihat dari dekat proses terjadinya peperangan dan segala taktik dan strategi perang berada dalam control beliau langsung. Sedangkan Sariyah adalah peperangan yang tidak langsung dipimpin oleh Nabi saw, namun beliau menunjuk sahabatnya untuk memimpin peperangan. Terkadang Sariyah ini menyita waktu cukup lama (sekitar dua atau tiga bulan) karena jauhnya gelanggang peperangan dari Madinah. Dapat dipastikan bahwa Ali bin Abi Thalib selama menikah dengan Fatimah banyak menghabiskan waktunya di medan peperangan atau diutus sebagai juru dakwah. Selama ketidakhadiran suaminya, Fatimah dengan baik mampu memerankan sebagai ibu yang ideal bagi anak-anaknya dan ia berhasil mendidik mereka sebaik mungkin, sehingga Ali begitu tenang meninggalkan keluarganya dan tidak pernah memikirkan urusan pendidikan anaknya dan konsentrasinya benar-benar terfokus hanya pada jihad. Selama masa ini, Fatimah juga membantu keluarga syuhada dan berbelasungkawa kepada mereka, dan terkadang ia memotifasi para wanita yang menjadi sukarelawan yang mengobati dan menangani korban perang dan tak jarang Fatimah terjun langsung menolong para korban luka-luka akibat perang. Dalam perang Uhud, misalnya, Rasulullah saw mengalami luka parah. Fatimah beserta Ali, suaminya cukup bekerja keras untuk menghentikan pendarahan yang dialami ayahnya dimana sejarah menceritakan bahwa Fatimah membakar semacam jerami lalu menebarkan abunya ke luka ayahnya sehingga darahnya terhenti.
Akhir Hayat Fatimah
Diriwayatkan bahwa Abi Abdillah ash Shadiq as berkata: Fatimah meninggal pada bulan Jumadil Akhir, hari Selasa, tahun sebelas Hijrah.
Diriwayatkan dari Ummu Salma, istri Abi Rafi` yang berkata: Fatimah sakit. Di hari menjelang kematiannya, ia berkata: Datangkanlah untukku air! Lalu aku menuangkan air untuknya hingga ia mandi dengan air tersebut dengan cara yang terbaik. Kemudian ia berkata: Bawalah untukku pakaian yang baru hingga aku dapat memakainya. Lalu Fatimah berbaring dan menghadap kiblat dan ia meletakkan tangannya di bawah pipinya dan berkata: Sebentar lagi aku akan meninggal...
Diriwayatkan dari Jabir al Anshari yang berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw berkata kepada Ali bin Abi Thalib as—tiga hari sebelum beliau meninggal: Salam kepadamu wahai ayah dua sekuntum bunga. Aku berwasiat kepadamu tentang dua sekuntum bungaku di dunia. Demi Allah wahai khalifahku, sebentar lagi dua sandaranmu akan roboh. Ketika Rasulullah saw meninggal, Ali as berkata: Inilah salah satu sandaran yang dikatakan Rasul saw padaku dan takkala Fatimah meninggal, Ali berkata: inilah sandaranku yang kedua.
Ada sebuah kisah mengenai suatu hari dimana Rasulullah datang mengunjungi Fatimah, dan mencari cucu-cucunya. Fatimah menjawab, “Pagi ini tidak ada sesuatu di rumah yang dapat dicicipi, sehingga Ali mengatakan,’Saya akan pergi dengan keduanya ke rumah seorang Yahudi.” Rasulullah kemudian menyusulnya dan melihat kedua cucunya sedang memainkan sisa kurma. Rasul bertanya, “Wahai Ali, mengapa engkau tidak menyuruh kedua anakku ini pulang sebelum mereka kepanasan?” Ali menjawab, “Pagi ini tak ada sesuatu pun yang kami miliki di rumah. Bagaimana jika engkau duduk dulu, wahai Rasulullah, sampai aku mengumpulkan buah untuk Fatimah?” Begitulah yang dilakukan Ali bin Abi Thalib, pejuang Islam yang perkasa. Ia tak segan menimba air untuk seorang Yahudi, dimana untuk setiap timba ia mendapat sebutir kurma. Setelah terkumpul cukup untuk ia dan keluarganya, ia pun kembali ke rumah.
Pernah satu hari, menurut cerita Imran bin Hushain, Fatimah muncul di depan Rasulullah dengan wajah kekuning-kuningan dan pucat akibat kelaparan. Rasulullah lalu berkata, “Mendekatlah Fatimah.” Setelah itu beliau berdoa, “Ya Allah yang mengenyangkan orang yang lapar dan mengangkat orang yang jatuh, janganlah engkau laparkan Fatimah binti Muhammad.” Imran bersaksi, “Darah tampak kembali di wajahnya dan hilanglah kekuning-kuningannya.”
KISAH LAINNYA : Suatu hari Rasulullah sedang bepergian. Saat itu Ali baru mendapat ghanimah (harta rampasan perang), lalu membawanya ke Fatimah. Dua gelang perak diambil Az-Zahra, juga menggantungkan tirai di atas pintunya.
Salah satu kebiasaan Rasulullah ketika bepergian adalah selalu datang ke rumah Fatimah sebelum berangkat dan segera sesudah pulang. Maka begitu ia mendapati kedua gelang perak di tangan Fatimah saat pulang dari perjalanan, ia pun langsung beranjak pergi.
Fatimah menangis. Ia panggil Hasan dan Husein. Diberikannya gelang perak pada yang satu, dan tirai pada saudaranya, lalu dikirimnya mereka kepada sang ayah. Az-Zahra berpesan, “Pergilah kalian ke tempat ayahku, ucapkan salam kepadanya dan katakan kepadanya, ’Kami tidak akan melakukannya lagi, dan ini kami serahkan kepadamu.”
Saat Rasulullah menerima pesan tersebut, ia pun mencium kedua cucunya, memeluknya, lalu mendudukkan mereka masing-masing di atas pahanya.
Lalu gelang perak itu dipotong-potong dan membagi-bagikannya pada sekelompok Muhajirin yang tak punya tempat tinggal dan harta. Sedangkan tirai dibagikan kepada orang-orang diantara mereka yang tidak berpakaian.
Kemudian Rasulullah berdoa, “Allah mengasihi Fatimah. Sungguh ia akan memberinya pakaian surga dengan sebab tirai ini, dan akan memberinya perhiasan surga dengan sebab kedua gelang ini.”
Ibadah Fatimah az Zahra
Hasan Basri (wafat tahun 110 H), salah seorang abid (ahli ibadah) dan seorang sufi terkenal mengatakan bahwa Fatimah az Zahra begitu luar biasa dalam beribadah sehingga [seperti ayahnya Rasulullah saw] kedua kakinya bengkak. Hasan Basri juga menegaskan bahwa tidak ada seorang pun di tengah umat yang mampu menandingi zuhud, ibadah dan ketakwaan Fatimah.
Peran Fatimah dalam Peperangan di Masa Awal Islam
Selama 10 tahun pemerintahan Nabi saw di Madinah, terjadi 27 atau 28 peperangan (ghazwah) dan 35 sampai 90 Sariyah. Ghazwah ialah peperangan yang langsung dipimpin oleh Nabi saw dan beliau melihat dari dekat proses terjadinya peperangan dan segala taktik dan strategi perang berada dalam control beliau langsung. Sedangkan Sariyah adalah peperangan yang tidak langsung dipimpin oleh Nabi saw, namun beliau menunjuk sahabatnya untuk memimpin peperangan. Terkadang Sariyah ini menyita waktu cukup lama (sekitar dua atau tiga bulan) karena jauhnya gelanggang peperangan dari Madinah. Dapat dipastikan bahwa Ali bin Abi Thalib selama menikah dengan Fatimah banyak menghabiskan waktunya di medan peperangan atau diutus sebagai juru dakwah. Selama ketidakhadiran suaminya, Fatimah dengan baik mampu memerankan sebagai ibu yang ideal bagi anak-anaknya dan ia berhasil mendidik mereka sebaik mungkin, sehingga Ali begitu tenang meninggalkan keluarganya dan tidak pernah memikirkan urusan pendidikan anaknya dan konsentrasinya benar-benar terfokus hanya pada jihad. Selama masa ini, Fatimah juga membantu keluarga syuhada dan berbelasungkawa kepada mereka, dan terkadang ia memotifasi para wanita yang menjadi sukarelawan yang mengobati dan menangani korban perang dan tak jarang Fatimah terjun langsung menolong para korban luka-luka akibat perang. Dalam perang Uhud, misalnya, Rasulullah saw mengalami luka parah. Fatimah beserta Ali, suaminya cukup bekerja keras untuk menghentikan pendarahan yang dialami ayahnya dimana sejarah menceritakan bahwa Fatimah membakar semacam jerami lalu menebarkan abunya ke luka ayahnya sehingga darahnya terhenti.
Akhir Hayat Fatimah
Diriwayatkan bahwa Abi Abdillah ash Shadiq as berkata: Fatimah meninggal pada bulan Jumadil Akhir, hari Selasa, tahun sebelas Hijrah.
Diriwayatkan dari Ummu Salma, istri Abi Rafi` yang berkata: Fatimah sakit. Di hari menjelang kematiannya, ia berkata: Datangkanlah untukku air! Lalu aku menuangkan air untuknya hingga ia mandi dengan air tersebut dengan cara yang terbaik. Kemudian ia berkata: Bawalah untukku pakaian yang baru hingga aku dapat memakainya. Lalu Fatimah berbaring dan menghadap kiblat dan ia meletakkan tangannya di bawah pipinya dan berkata: Sebentar lagi aku akan meninggal...
Diriwayatkan dari Jabir al Anshari yang berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw berkata kepada Ali bin Abi Thalib as—tiga hari sebelum beliau meninggal: Salam kepadamu wahai ayah dua sekuntum bunga. Aku berwasiat kepadamu tentang dua sekuntum bungaku di dunia. Demi Allah wahai khalifahku, sebentar lagi dua sandaranmu akan roboh. Ketika Rasulullah saw meninggal, Ali as berkata: Inilah salah satu sandaran yang dikatakan Rasul saw padaku dan takkala Fatimah meninggal, Ali berkata: inilah sandaranku yang kedua.
Post a Comment