MENGUNGKAP FAKTA SEJARAH : DUSTA DUSTA SEJARAH IBNU TAIMIYYAH BESERTA PARA PENGIKUTNYA ( WAHABI ) AKAN SAYYIDINA ALI KARAMALLAHU WAJHAH DAN PENGKULTUSAN MUAWIYYAH

MENGUNGKAP FAKTA SEJARAH : DUSTA DUSTA SEJARAH IBNU TAIMIYYAH BESERTA PARA PENGIKUTNYA ( WAHABI ) AKAN SAYYIDINA ALI KARAMALLAHU WAJHAH, DAN PENGKULTUSAN MUAWIYYAH..( catatan 1 ) REFRENSI :
1. Referensi hadis Sunni: Shahih Muslim, jilid 1, hal. 48; Shahih at-Turmudzi, jilid 3, hal. 643; Sunan ibn Majah, jilid 1, hal. 142; Musnad Ahmad ibn Hanbal, jilid 1, hal. 84, 95128; Tarikh al-Kabir, Bukhari (penulis kitab Shahih al-Bukhari) jilid 1, bagian 1, hal. 202; Hilyat al-Awliya', Ibnu Nu'aim, jilid 4, hal. 185; Tarikh, Khatib Baghdad, jilid 14, hal. 462.
2. Referensi hadis Sunni: Fadha'il ash-Shahabah, Ahmad bin Hanbal, jilid 2, hal. 639, hadis 1086; al-Istiab, Ibnu Abdul Barr, jilid 3, hal. 47; ar-Riyadh an-Nadhirah, Muhib Tabri, Jilid 3, hal. 242; Dharkha'ir al-Uqbah. Muhib Tabri, hal. 91.
3. Shahih Muslim, versi bahasa Inggris, bab 34, hal. 46, hadis 141.
4. Referensi hadis Sunni: Shahih at-Turmudzi, jilid 5, hal. 699; Sunan ibn Majah, jilid 1, hal. 52; Fadha'il ash-Shahabah, Ahmad bin Hanbal, jilid 2, hal. 767, hadis 1350; al-Mustadrak, Hakim, jilid 3, hal. 149; Majm az-Zawa'id, Haitsami, jilid 9, hal. 169; al-Kabir, Tabarani, jilid 3, hal. 30; juga di al-Awsat, Jatni'us Saghir, Ibani, jilid 2, hal. 17; Shawaiq al-Mithriqah, Ibnu Hajar Haitsami, bab II, bagian l, hal. 221; Tarikh, Khatib Baghdadi, jilid 7, hal. 137; Talkish, Dzahabi, jilid 3, hal. 149; Dhakha'ir al-Uqbah, Muhib Thabari, hal. 25; Misykat al-Masabih, Khatib Tabrizi, versi bahasa Inggris, hadis 6145, dan seterusnya seperti Ibnu Habban, dll.
5. Referensi hadis Sunni: Musnad Ahmad ibn Hanbal, jilid 3, hal. 483; Fadha'il ash-Shahabah, Ahmad bin Hanbal, jilid 2, hal. 580, hadis 981; Majma az-Zawa'id, Haitsami, jilid 9, hal. 129; ash-Sawaiq al-Muhriqah, Ibnu Hajar Haitsami, bab II, bag I, hal. 263, Ibnu Habban, Ibnu Abdul Barr, dll.
6. Referensi hadis Sunni: al-Mustadrak, Hakim jilid 3, hal. 121. Hakim menyebutkan bahwa hadis ini shahih; Musnad Ahmad ibn Hanbal, jilid 6, hal. 323; Fadha'il ash-Shahabah, Ahmad bin Hanbal, jilid 2, hal. 594, hadis 1011; Majma az-Zawa'id, Haitsami, jilid 9, hal. 130; Misykat al-Masabih, versi bahasa Inggris, hadis 6092; Tarikh al-Khulafa, Jalaluddin Suyuthi, hal. 173; Dan masih banyak lagi seperti Tabarani, Abu Ya'la, dll.
abdulrasyidalfatah9913. Referensi hadis Sunni: Rabiah al-Barar, Zamakhsyari; Hafizh Jalaluddin Suvuthi.
14. Referensi hadis Sunni: Khulafa ar-Rasul, Muhammad Khalid, hal. 531 (kutipan di atas termasuk tanda-tanda baca yang diberikan penulis); Sawaiq al-Muhriqah, Ibnu Hajar Haitsami, akhir Bab II, hal. 336.
15. Beberapa referensi hadis Sunni yang meriwayatkannya di antaranya: Tathkarat al-Khawash, Sibt bin Jawzi Hanafi, hal. 191-194; Sirah, Ibnu Abdul Barr; Suddi; Sha'bi; Abu Nu'aim.
16. Referensi hadis Suruzi: ath-Thayuriyyat, Salafi, dari Abdullah bin Ahmad bin Hanbal; ash-Shawa'iq al-Muhriqah, Ibnu Hajar, bab 9, bag 4, hal. 197; Sejarah Khalifah, Jalaluddin Suyuthi, versi bahasa Inggris, hal. 202.
17. Referensi hadis Sunni: Tarikh ath-Thabari, versi bahasa Inggris, peristiwa tahun 51 H, pelaksanaan hukuman Hujr bin Adi, jilid 18, hal. 122-123.
18. Referensi hadis Sunni: Tarikh ath-Thabari, versi bahasa. Inggris, peristiwa tahun 51 H, jilid 18, hal. 149.
19. Shahih Muslim versi bahasa Inggris, jilid 4, bab 1205, hadis 6968.
20. Shahih Muslim, versi bahasa Inggris, jilid 4, Bab 1205, hadis 6970.
21. Catatan kaki Shahih Muslim, versi bahasa Inggris, jilid 4, hal. 1508.
22. Referensi hadis Sunni: Musnad, Ahmad (diterbitkan di Darul Ma'arif, Mesir 1952), hadis 6538, 6929; Tabaqat ibn Sa'd, jilid 3, hal. 253.
23. Referensi hadis Sunni: ash-Shawaiq al-Muhriqah, Ibnu Hajar Haitsami, bab II, hal. 357. la berkata bahwa hadis ini shahih.
24. Referensi hadis Sunni: Musnad Ahmad ibn Hanbal, jilid 6, hal. 33.Referensi hadis Sunni: Tarikh ath-Thabari, versi bahasa Inggris, peristiwa tahun 51 H, jilid 8, hal. 154; Tarikh, Ibnu Atsir, jilid 3, hal. 242; al-Bidayah wa Nihayah, Ibnu Katsir, jilid 8, ha1.130, yang menyebut keburukan pertama Muawiyah adalah memerangi Ali; Tarikh, Ibnu Katsir, jilid 3, hal. 242; Khilafah Mulukiyah, Sayid Abu Ala Maududi, hal. 165-166.
26. Referensi hadis Sunni: Tarikh ath-Thabari, jilid 4, ha1.190-206; al-Istiab, Ibnu Abdul Barr, jilid 1, hal. 35; Tarikh Ibnu Katsir, jilid 3, hal. 234-242; al-Biyadah wa Nihayah, jilid 6, hal. 50-55; Tarikh, Ibnu Khaldun, jilid 3.
27. Referensi hadis Sunni: Musnad Ahmad ibn Hanbal, hadis 6538, 6929, dicetak di Darul Ma'arif, Mesir 1952; at-Tabaqat, Ibnu Sa'd, jilid 3, hal. 253.
28. Referensi hadis Sunni: at-Tabaqat, Ibnu Sa'd, jilid 6, hal. 25; AI-Isti'ab, jilid 2, hal. 440; AI-Bidayah wa Nihayah, jilid 8, hal. 48; Tahdzib at-Tahdzib, jilid 8, hal. 24.
29. Referensi hadis Sunni: al-Isti'ab, oleh Ibnu Abdul Barr, jilid 1, hal. 235; Tarikh ath-Thabari, jilid 4, hal. 79; Tarikh, Ibnu Katsir, jilid 3, hal. 180; Tarikh Ibnu Khaldun, jilid 2, hal. 182.
30. Referensi hadis Sunni: Tarikh ath-Thabari, jilid 4, hal. 349-351,356; Tarikh Ibnu Katsir, jilid 3, hal. 296-298; al-Bidayah wa Nihayah, jilid 8, ha1.189-192.
31. Referensi hadis Sunni: Tarikh al-Khulafa, Jalaluddin Suyuthi, versi bahasa Inggris, hal. 208.
32. Referensi hadis Sunni: Tarikh Khulafa, Jalaluddin Suyuthi, versi bahasa Inggris, hal. 204.
33. Referensi hadis Sunni: Tabaqat ibn Sa'd, jilid 4, hal. 255; Khalifah Mulikiyat, Abu Ala Mauduli, hal. 345.
34. Referensi hadis Sunni: Tarikh at-Thabari, jilid 4, hal. 34; al-Bidayah wa Nihayah, oleh Ibnu Katsir, jilid 7, hal. 272; Tarikh, Ibnu Atsir, jilid 3, hal. 160; Tarikh ibn Khaldun, jilid 2, hal. 174; Khilafah Mulukiyat, Maududi, hal. 345.
9935. Penerjemahnya menulis menurut tahun persatuan sebagai berikut; Am al-Jama'ah 40 H/600-661, disebut demikian karena kaum Muslimin secara bersama-sama mengakui Muawiyah sebagai khalifah, untuk menghentikan perpecahan politik di perang saudara yang pertama kali. Pace Caetani, hal. 648; lihat Tarikh, Abu Zahrah Dimasyqi, 188 (No 101) dan 190 (No 105). Referensi hadis Sunni: Sejarah, Thabari, versi bahasa Inggris, jilid 10, hal. 97.
36. Referensi hadis: Tarikh al-Khulafa, Jalaluddin Suyuthi, versi bahasa Inggris, hal. 204 (Bab Muawiyah bin Abu Sufyan).
37. Referensi hadis Sunni: Shahih Muslim, Bab Imarah (Bab 33, untuk versi bahasa Arab) bagian mengenai 'Pentingnya Mengikuti Mayoritas Umat', edisi 1980, versi bahasa Arab (Saudi Arabia), jilid 3, hal. 1476, hadis 52.
38. As-Sirah Nabawiyyah, Syilbi, sejarahwan Sunni terkemuka, bag. l, hal. 13-17.
39. Lihat Sirah Nabawiyyah, Syilbi, bag.l, hal. 13-17.



BEBERAPA CATATAN AKAN KRONOLOGIS PENGANIAYAAN MUAWIYYAH TERHADAP SAYYIDINA ALI KARAMALLAHU WAJHAH..( DAN INI DIPALSUKAN OLEH WAHABI !!!!! )
Mengutip al Imam Syafe'i..Wahai Jin Dan Manusia saksikanlah..jika mereka menuduh aku karena aku mencintai Ahlul bait adalah "syiah..maka aku Syiah.."
MUAWIYAH DAN PENGANIAYAAN TERHADAP IMAM ALI
Apa pendapat Nabi Muhammad SAW mengenai orang-orang yang memerangi, membenci dan menganiaya Ahlulbaitnya? Nabi Muhammad bersabda, "Mencintai Ali adalah tanda keimanan, membencinya adalah tanda kemunafikan."1 Hadis Nabi ini begitu terkenal sehingga beberapa orang sahabat sering berkata, "Kami mengetahui kemunafikan seseorang dari kebenciannya terhadap Ali."2 Dalam kitab sahihnya, Muslim juga meriwayatkan hadis ini dari Zirr bahwa Ali berkata:
Demi Dia yang membelah bebijian dan menghidupkan sesuatu, Rasulullah berjanji padaku bahwa tiada orang yang mencintaiku kecuali orang mukmin dan tiada orang yang menyimpan kebencian kepadaku kecuali orang munafik.3
Abu Hurairah meriwayatkan:
Nabi Muhammad memandang Ali, Iiasan, Husain dan I athimwlr. la berkata, 'Aku memerangi orang-orang yang memerangi kalian dan aku berdamai dengan orang-orang yang berdamai dengan kalian."4
Sejarah yang mengungkap bahwa Muawiyah memerangi Ali merupakan satu kenyataan yang sangat dikenal. Dan berdasarkan hadis di atas, Nabi Muhammad SAW menyatakan perang kepada Muawiyah. Mengapa kita masih mencintai orang yang Nabi Muhammad sendiri memeranginya? Nabi Muhammad berkata, "Barang siapa yang menyakiti Ali, berarti ia menyakiti aku!"5; "Barang siapa mengutuk Ali, berarti ia mengutuk aku."6 ( Keterangan No..bisa dilihat di post sebelumnya )

  Nabi Muhammad berkata:

Barangsiapa yang mengutuk (menganiaya melalui ucapan) Ali, sesungguhnya ia telah mengutukku. Barang siapa yang berani mengutukku berarti ia telah mengutuk Allah. Barang siapa yang telah mengutuk Allah, Allah akan melemparnya ke neraka Jahanam.24

Dengan demikian, sesungguhnya, Muawiyah dan kelompoknya telah mengutuk Nabi Muhammad. Dengan mengutuk Nabi Muhammad berarti mereka mengutuk Allah. Dengan mengutuk Allah, mereka akan masuk neraka. Demi Allah mereka akan diminta untuk bertanggung jawab atas segala yang telah mereka ucapkan dan lakukan! Itulah janji Allah yang tidak akan pernah la ingkari. "Dan janganlah kalian berpikir bahwa Allah tidak melihat perbuatan orang - orang zalim. Sesungguhnya ia hanya memberi kelonggaran kepada mereka hingga suatu hari dimana seluruh mata kalian akan dibukakan oleh Allah" Allah. " (QS. Ibrahim :42).


  Lebih Jauh Mengenai Muawiyah

Berikut ini bukti-bukti lain mengenai Muawiyah dari sejarah dan hadis.

Mengenai sifat Muawiyah, Hasan Bashri berkata:

Muawiyah memiliki empat kecacatan dan salah satunya adalah pembangkangan yang sangat kental; 1) Tuduhannya kepada pengacau masyarakat sehingga ia telah merusak aturannya tanpa berunding dengan anggota masyarakat, padahal ada seorang sahabat nabi dan pemilik kebaikan di antara mereka; 2)

Pengangkatan putranya sebagai penggantinya. Padahal putranya adalah seorang pemabuk, peminum minuman keras, orang yang suka mengenakan sutra dan suka bermain-main dengan anjing dan kera; 3) Pengakuan bahwa Ziyad adalah putranya, padahal Nabi Muhamrnad telah berkata, "Anak ini milik ayahnya dan orang-orang yang berzina harus dirajam; 4) Pembunuhan yang ia lakukan terhadap Hujr dan para sahabatnya. Terkutuklah ia dua kali lipat yang membunuh Hujr dan sahabatnya.25

Berikut ini latar belakang tragedi pembunuhan terhadap Hujr. Dalam usaha menghentikan kebebasan berpendapat, Muawiyah memulainya dengan membunuh Hujr, seorang Tabi'in terkemuka dan sahabat Imam Ali yang dihormati. Ketika Muawiyah berkuasa, saat Imam Ali dikutuk di mimbar-mimbar mesjid, kaum Muslimin merasa sangat sedih dan menderita, tetapi mereka bersabar. Tetapi di Kufah, Hujr tidak dapat mendiamkan hal. ini terlalu lama sehingga sebagai pembelaan, Hujr senantiasa memuji Imam Ali dan mengutuk Muawiyah. Muhghirah, gubernur Kufah saat itu mendiamkan Hujr. Namun, ketika Ziyad menjabat dan wilayah Basrah masuk ke dalam wilayah Kufah, perseteruan antara Ziyad dan Hujr mencuat ke permukaan. Ziyad sering berkata buruk dan Hujr membalasnya. Pada masa ini pula Hujr mengkritik Ziyad ketika ia menunda shalat Jum'at. Akhirnya Hujr dan sahabat-sahabatnya ditahan dengan tuduhan sebagai berikut:
Hujr telah mengorganisir sekelompok orang dan menyumpahi Muawiyah; Hujr telah menghasut orang-orang untuk memerangi Muawiyah; Hujr menyatakan bahwa kekhalifahan adalah milik Imam Ali dan keluarganya;

Hujr mendukung Abu Turab (Imam Ali);
Hujr meyampaikan shalawat kepada Imam Ali.

Berdasarkan tuduhan ini, orang-orang ini dibawa ke hadapan Muawiyah. la memerintahkan agar mereka dibunuh. Sebelum dibunuh, sang algojo berkata kepada mereka, "Kami diperintahkan apabila kalian mencerca Imam Ali dan mengutuknya, kalian akan kami bebaskan, jika tidak kalian harus mati." Mendengar hal. ini, Hujr dan para sahabatnya menolak untuk mengutuk Imam Ali. Hujr membalas, "Aku tidak mampu mengucapkan kata-kata dari mulutku yang akan membuat Tuahanku murka!" Demikianlah mereka dibunuh, kecuali Abdurrahman bin Hasan. Muawiyah mengirimnya ke Ziyad dengan perintah agar Ziyad sendiri yang membunuhnya dengan cara yang kejam. Lalu, ia dikubur hidup-hidup.26


 IJMA ULAMA RISALAH AMMAN 2004 sangatlah jelas...butir butir poinnya...namun jarang yg tahu awam ke arah situ..bahkan..pemlintiran..opini bertebaran trutama di internet..berdalih katanya risalah amman adalah "pembelaan pd syiah" blom lg upaya ULAMA MUQAWAMA..di motori syekh ahmad badruddin hassoun menyatakan..persatuan sunni-syiah...dalam melawan sejatinya musuh Islam..wacana yg kurang terbuka ..ditambah mereka kuasai media..tebar informasi duluan....harusnya sunni berfikir...knp dalah mukhtamar aswaja di gronzy..yg dikeluarkan adalah WAHABI SALAFI..BUKAN SYIAH

MUAWIYYAH ( PUJAAN KAUM WAHABI ) PEMBENCI SAYYIDINA ALI KARAMALLAHU WAJHAH, MABOK KEKUASAAN DAN PENGHIDUP MASA JAHILIYAH PEMBUNUH SESAMA MUSLIM KELAS WAHID..PENEBAR FITNAH !!!!!..no. liat catatan 1.
Kebiasaan memenggal kepala, mengarak-araknya dari satu tempat ke tempat lain, memperlakukan mayat dengan buruk karena dendam kesumat, adalah kebiasaan yang berlaku di zaman Jahiliah. Kebiasaan ini muncul lagi di kalangan kaum muslimin pada kekuasaan Muawiyah.
Fenomena 1: Kepala pertama yang dipisahkan dari tubuhnya adalah kepala Ammar bin Yasir, sahabat terkemuka Nabi Muhammad SAW. Ahmad bin Hanbal dalam MuGnad-nya meriwayatkan sebuah hadis berikut, yang juga disebutkan dalam Tabaqat ibn Sa'd:
Pada perang Shiffin, ketika kepala Ammar bin Yasir dipisahkan dari tubuhnya, dan dibawa ke hadapan Muawiyah, dua orang berdebat mengenai hal. itu. Mereka saling tuding telah membunuh Ammar."27
Fenomena 2: Kepala kedua yang dipisahkan dari tubuh adalah Umrah bin Hamaq, yang merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW. Muawiyah menuduh bahwa ia terlibat dalam pembunuhan Utsman. Ketika ia akan ditangkap, ia bersembunyi di sebuah gua. Di sana ia dipatuk seekor ular. Orang-orang yang mengejarnya memenggal kepala Umrah dan membawanya kepada Ziyad. Kemudian ia mengirimnya ke Muawiyah di Damaskus dimana kepala tersebut diarak ke seluruh kota hingga akhirnya dilemparkan ke pangkuan istrinya sebagai hadiah.28
Fenomena 3: Kekejaman yang sama dilakukan terhadap Muhammad bin Abu Bakar yang merupakan Gubernur Mesir untuk Imam Ali. Ketika Muawiyah menaklukkan Mesir, ia ditahan dan dibunuh. Mayatnya diletakkan di perut seekor kera besar yang mati lalu dibakar.29
Fenomena 4: Setelah peristiwa ini, kejadian-kejadian tersebut menjadi hadis bagi orang-orang yang ingin membalas dendam setelah musuh mereka terbunuh. Kepala Imam Husain dipenggal, diarak dari Karbala ke Kufah lalu dari Kufah ke Damaskus. Tubuhnya hancur oleh deru pijakan kaki-kaki kuda yang berlari menginjaknya.30
  Beberapa hal. mengenai Muawiyah

Jalaluddin Suyuthi menulis, Ibnu Asakir mencatat dari Hamid bin Hilal, bahwa Aqil, putra Abu Thalib meminta sedekah kepada Ali. la berkata, "Aku adalah orang miskin dan papa, berikanlah aku sedekah. Imam Ali menjawab, "Tunggulah hingga aku mendapatkan upahku sebagaimana kaum Muslim lain, dan aku akan memberi sedekah kepadamu dengannya!" Akan tetapi, Aqil tidak sabar dan terus mendesak.

Lalu Ali berkata kepada seorang lelaki, "Ajaklah ia dan pergilah ke toko-toko milik orang-orang di pasar lalu katakanlah, 'Hancurkan kuncinya dan ambil semua isinya!"' Aqil berseru, "Apakah engkau ingin menjadikanku pencuri?" Ali menjawab dengan pedas, "Dan apakah engkau ingin menjadikanku pencuri dengan mengambil harta kaum Muslimin, lalu memberikannya kepadamu?" Aqil menjawab, "Seharusnya aku pergi ke Muawiyah ." A1i berkata, Pergilah jika engkau menghendaki!" Kemudian ia pergi ke Muawiyah dan memohon sedekah. Muawiyah memberinya 100 ribu dirham dan berkata, "Berkhutbahlah di mimbar dan sebutkan semua yang telah Ali berikan kepadamu dan semua yang telah aku berikan kepadamu!" Lalu ia menaiki mimbar, memuji Allah dan berkata, "Wahai manusia, aku beritahu kalian, sesungguhnya aku menguji Ali dalam agamanya dan ia lebih memilih agamanya. Dan sesungguhnya aku menguji Muawiyah dengan agamanya dan ia lebih memilih aku daripada agamanya."31

Suyuthi juga mencatat, Sya'abi berkata bahwa orang pertama yang berkhutbah sambil duduk adalah Muawiyah ketika tubuhnya bertambah gemuk dan perutnya telah membesar. Dicatat oleh Ibnu Abu Shaibah, Zuhri menyatakan bahwa Muawiyah adalah orang pertama yang mengenalkan ajaran dilakukannya khutbah sebelum shalat sambil duduk (Abdurrazzaq dalam Musannaf-nya). Dan Said bin Musayyab menyatakan bahwa Muawiyah adalah orang pertama yang mengenalkan panggilan shalat sambil duduk (Ibnu Abu Shaibah), dan mengurangi jumlah takbir.32


  Mengacungkan Quran dengan Menggunakan Pedang

Selain berbagai kekejaman yang dilakukan Muawiyah, mungkin perbuatannya mengacungkan Quran dengan menggunakan pedang kepada Imam Ali pada perang Shiffin, tak diragukan mencerminkan sifatnya sebagai seorang penguasa, seseorang yang melakukan segala rara agar tujuannya tercapai. la mempermainkan Kitab Allah untuk menipu orang-orang awam. Akibatnya, dalam sejarah Islam muncul kaum Khawarij.
Ibnu Sa'd meriwayatkan sebuah hadis dari Zuhri:

Di tengah malam, ketika pertempuran Shiffin tengah memuncak dan orang-orang mulai kehilangan harapan, Amru bin Ash berkata kepada Muawiyah, "Lakukanlah saranku! Perintahkan kepada pasukanmu (Muawiyah) untuk membuka Quran (Mengacungkan Quran pada pedang) dan katakan, 'Wahai penduduk Iraq kami menyeru kalian untuk kembali kepada Quran, dan kami menentukan dengan kebaikan yang terkandung dalamnya dari al-Hamd hingga an-Nas!"' Ini akan menyebabkan pertikaian di barisan dan golongan penduduk Iraq dan menciptakan harapan bagi orang-orang Syam. Oleh karenanya, Muawiyah menerima sarannya.33

Peristiwa yang sama juga telah disebutkan secara detil oleh Thabari, Ibnu Katsir, Ibnu Atsir, dan Ibnu Khaldun. Tujuan anjuran itu adalah untuk menimbulkan perselisihan di barisan pasukan Imam Ali, bahkan jika mereka menerima seruan itu, pasukan Muawiyah memiliki waktu untuk memenangkan pertempuran.34

  Muawiyah dan Asal Mula Istilah al-jama'ah

Thabari menuliskan bahwa Sajahmasih bersama Band Taghlib hingga mereka mengirim mereka pada `Tahun Persatuan' (al-Jama'ah) ketika penduduk Iraq sepakat untuk mengakui Muawiyah sebagai khalifah pengganti Ali. Muawiyah memutuskan untuk mengusir orang-orang yang sangat setia kepada Ali dan memberi tempat tinggal pada orang-orang Suriah dan Bashrah serta Jazirah yang sangat menaatinya. Merekalah yang disebut sebagai 'orang-orang buangan' dari pasukan kota.35

Jalaluddin Suyuthi menyebutkan fakta mengenai peristiwa ini pada Tarikh al-Khulafa sebagai berikut:

Dzahabi mengatakan bahwa Ka'ab meninggal sebelum Muawiyah diangkat sebagai khalifah dan Ka'ab telah mengatakan kebenaran karena Muawiyah terus berkuasa selama 25 tahun. Tidak ada seorang raja di dunia ini yang menentangnya, tidak seperti raja-raja yang berkuasa setelahnya karena mereka memiliki musuh dan wilayah-wilayah kekuasaan mereka tidak mereka miliki. Lalu Muawiyah berperang melawan Ali dan mengangkat dirinya sebagai khalifah. Kemudian ia menyerang Hasan, yang turun dari kekuasaan karenanya. Akhirnya ia berkuasa sebagai khalifah dari Rabi'ul Akhir/Juanda Awal 41 H. Tahun itu disebut tahun persatuan, karena bersatunya orang-orang dibawah satu kekuasaan kekhilafan. Pada tahun ini Muawiyah menunjuk Marahnya bin Hakam menjadi Gubernur Madinah.36

  Muawiyah adalah Seorang Penulis Wahyu

Muawiyah dan ayahnya, Abu Sufyan, adalah di antara orang-orang yang memerangi Nabi Muhammad hingga detik-detik terakhir dan ketika mereka tahu bahwa Mekkah akan ditaklukkan dengan cepat dan kekuasaan mereka berakhir, mereka memutuskan pura-pura masuk Islam untuk menyelamatkan diri dan menghancurkan Islam dari dalam. Inilah yang. ingin dicapai Abu Sufyan, putranya, Muawiyah, cucunya, Yazid setiap hari dan setiap malam. Dan sekarang tiba-tiba mereka menjadi penulis wahyu!

Sejak kekhalifahan berada di tangan Bani Umayah, mereka berusaha keras merusak kebenaran dan memutar balikkan segala sesuatu. Mereka mengangkat kedudukan orang-orang, yang ketika Nabi Muhammad masih hidup, tidak memiliki keutamaan khusus dan menyingkirkan orang-orang yang memiliki keutamaan dan keagungan ketika Nabi masih hidup



  Ukuran kehormatan dan kehinaan mereka adalah dendam kesumat yang kental serta kebencian yang besar kepada Nabi Muhammad dan anggota keluarganya, Ali, Fathimah, Hasan, dan Husain, semoga kesejahteraan senantiasa terlimpahkan kepada mereka.Umayah menaikkan derajat dan membuat hadis palsu, bagi setiap orang yang memusuhi Nabi Muhammad SAW dan Ahlulbait yang telah Allah sucikan dan bersihkan dari segala dosa dan kekotoran di Quran. Mereka mendekati orang-orang yang memusuhi Nabi Muhammad SAW, mengangkat derajat mereka dan memberi kekuasaan sehingga mereka dihormati dan disayangi rakyat. Mereka mencemarkan nama baik, mengarang-ngarang keburukan, memalsukan kebaikan yang menyangkal keunggulan dan keutamaan orang-orang yang dulu mencintai Nabi Muhammad SAW dan senantiasa membelanya.

Umar bin Khattab, orang yang sering mempertentangkan perintah Nabi Muhammad, bahkan kemudian mengatakan bahwa Nabi tengah meracau pada detik-detik terakhir kepergiannya, menjadi pahlawan Islam bagi kaum Muslimin selama masa dinasti Umayah.

Sebaliknya, Ali bin Abi Thalib, yang kepadanya Nabi menyebut bagai Harun bagi Musa, yang mencintai Nabi, dicintai Allah dan RasulNya, washi setiap mukmin, dikutuk di mimbar-mimbar selama 80 tahun. Pengaruh propaganda palsu ini memuncak hingga, ketika berita pembunuhan terhadap Imam Ali yang tengah shalat Shubuh di mesjid, menyebar kepada rakyat Suriah, mereka terkejut dan mempertanyakan apakah Imam Ali memang biasa shalat!


  Ukuran kehormatan dan kehinaan mereka adalah dendam kesumat yang kental serta kebencian yang besar kepada Nabi Muhammad dan anggota keluarganya, Ali, Fathimah, Hasan, dan Husain, semoga kesejahteraan senantiasa terlimpahkan kepada mereka.Umayah menaikkan derajat dan membuat hadis palsu, bagi setiap orang yang memusuhi Nabi Muhammad SAW dan Ahlulbait yang telah Allah sucikan dan bersihkan dari segala dosa dan kekotoran di Quran. Mereka mendekati orang-orang yang memusuhi Nabi Muhammad SAW, mengangkat derajat mereka dan memberi kekuasaan sehingga mereka dihormati dan disayangi rakyat. Mereka mencemarkan nama baik, mengarang-ngarang keburukan, memalsukan kebaikan yang menyangkal keunggulan dan keutamaan orang-orang yang dulu mencintai Nabi Muhammad SAW dan senantiasa membelanya.

Umar bin Khattab, orang yang sering mempertentangkan perintah Nabi Muhammad, bahkan kemudian mengatakan bahwa Nabi tengah meracau pada detik-detik terakhir kepergiannya, menjadi pahlawan Islam bagi kaum Muslimin selama masa dinasti Umayah.

Sebaliknya, Ali bin Abi Thalib, yang kepadanya Nabi menyebut bagai Harun bagi Musa, yang mencintai Nabi, dicintai Allah dan RasulNya, washi setiap mukmin, dikutuk di mimbar-mimbar selama 80 tahun. Pengaruh propaganda palsu ini memuncak hingga, ketika berita pembunuhan terhadap Imam Ali yang tengah shalat Shubuh di mesjid, menyebar kepada rakyat Suriah, mereka terkejut dan mempertanyakan apakah Imam Ali memang biasa shalat!


  Demikian pula dengan Aisyah, yang menyebabkan banyak penderitaan kepada Nabi Muhammad, melanggar perintahnya dan perintah Tuhannya, bangkit memusuhi penerus Nabi Muhammad dan menyebabkan perselisihan paling buruk, yang sangat terkenal bagi kaum Muslimin, perselisihan yang menyebabkan tumpahnya darah ribuan kaum Muslimin, karena keputusan agama yang diambil darinya. Tetapi Fathimah Zahra, penghulu para wanita di dunia dan akhirat, wanita yang membuat Allah murka apabila ia murka dan menjadikan Allah Ridha apabila ia ridha, menjadi wanita yang dilupakan, yang dimakamkan secara rahasia di malam hari, setelah mereka mengancam akan membakarnya, dan mendorong pintu rumahnya dengan paksa yang menekan perutnya, hingga ia kehilangan bayinya. Sedangkan kitab-kitab hadis mereka penuh dengan hadis Aisyah hanya karena ia adalah satu-satunya wanita yang memerangi Imam Ali.

Selain itu, Yazid bin Muawiyah, Ziyad, putra ayahnya, Ibnu Marjanah, Marwan, Hajjaj, Ibnu Ash, dan orang-orang lain yang dikutuk menurut Quran, dan dikutuk oleh Nabi Muhammad SAW langsung Menjadi pemimpin orang-orang mukmin dan pengatur urusan-urusan mereka. Sedangkan Hasan dan Husain, penghulu pemuda surga, cucu-cucu kesayangan Nabi Muhammad, para Imam dari Nabi Muhammad, penjaga umat, dibunuh, di penjara, dianiaya dan diracun. Dengan cara ini, Muawiyah sang munafik, pemimpin setiap perang yang dilancarkan terhadap Nabi Muhammad, diagung-agungkan, dan dipuji. Sedangkan Abu Thalib, pelindung dan pembela Nabi Muhammad dengan segala sesuatu yang ia miliki, yang melewati masa hidupnya dalam penderitaan dan dalam kebencian karib kerabatnya demi seruan keponakannya, sedemikian besarnya hingga ia tinggal di gua selama 3 tahun bersama Nabi di lembah Mekkah, yang menyembunyikan keislamannya demi Islam, sehingga hubungan dengan Quraisy tetap terbuka sehingga mereka tidak menganiaya kaum Muslimin seperti yang mereka kehendaki dia seperti mukmin dari keluarga Fir'aun yang menyembunyikan keimanannya, lihat Surah al-Mu'rnin ayat 28, mendapat balasan sebagai sepasang penggelincir di neraka, kakinya diletakkan ke neraka dan kepalanya/otaknya keluar dengan rasa sakit.

  Dengan cara ini, Muawiyah bin Abu Sufyan, orang yang dibebaskan, putra dari orang yang dibebaskan, orang terkutuk, dan putra dari orang terkutuk, yang sering mempermainkan perintah Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, yang tidak memperhatikan pentingnya perintah itu, dan orang yang suka membunuh orang-orang tak berdosa dan orang saleh untuk mencapai tujuan busuknya dan biasa memaki-maki Nabi Muhammad SAW, sedang kaum Muslimin melihat dan mendengar, menjadi penulis wahyu! Mereka mengatakan bahwa Allah mempercayai wahyu kepada malaikat Jibril, Muhammad, dan Muawiyah. la juga digambarkan sebagai orang yang pintar berpolitik dan berilmu.

Sedangkan Abu Dzar Ghifari, dimana bumi tidak akan menopang dan langit tidak akan menaungi siapapun yang lebih lurus dalam ucapannya selain dia, dituduh sebagai pengacau. la disiksa, diasingkan, dan dikucilkan ke Rabdhah. Salman, Miqdad, Ammar dan Hudzaifah serta sahabat-sahabat setia Nabi Muhammad lainnya, yang menganggap Imam Ali sebagai pemimpin mereka dan menaatinya, dihukum, diasingkan dan dibunuh.

Orang-orang yang mengikuti mazhab kekhalifahan, pengikut Muawiyah dan para sahabat-sahabat mazhab yang didirikan oleh penguasa zalim, menjadi Ahlussunnah wal Jama'ah dan menjadi wakil Islam. Siapapun yang menentang mereka disebut sebagai orang kafir. Sedangkan orang-orang yang mengikuti mazhab Ahlulbait dan menaati pintunya kota ilmu, orang yang pertama masuk Islam, yang kebenaran senantiasa bersamanya di manapun ia berada, dianggap sebagai orang-orang yang sesat dan siapapun yang memusuhi dan memerangi mereka disebut sebagai orang Islam.

  Sesungguhnya kekuasaan dan kekuatan hanya milik Allah, Yang Maha tinggi, Maha kuasa. Allah tentunya mengungkapkan kebenaran ketika ia bersabda:

Jika dikatakan kepada mereka, "Janganlah kalian berbuat aniaya di muka bumi!" Mereka berkata, "Kami adalah orang-orang beriman." Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berbuat aniaya tetapi mereka tidak menyadarinya. Dan jika dikatakan, "Berimanlah sebagaimana orang lain telah beriman! "Mereka berkata, "Apakah kami harus beriman seperti orang-orang bodoh yang beriman?" Merekalah yang sesungguhnyn bodoh, tetapi mereka tidak mengetahuinya.
(QS. al-Baqarah : 13)




Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.