PENAKLUKAN BAITUL MAQDIS MASA SAYYIDINA UMAR BIN KHATTAB RA

HEBOH AKAN PALESTINE..NAMUN LUPA AKAN SEJARAH TELAH MENGAJARKAN PADA UMMAT MUHAMMAD SHOLALLAHU ALAIHI WASALAM  AKAN BAGAIMANA SAYYIDINA UMAR BIN KHATAB DENGAN SHALAHUDDIN AL-AYUBI KETIKA BEBASKAN "PALESTINE' MEREKA BERDUA BEBASKAN BAITUL MAQDIS DENGAN "ILMU ADAB..ILMU AHLAK"  YAITU ILMU TASAWUF..."TANPA SETETES PERCIKAN DARAH"

IKHTIBAR PENAKLUKAN BAITUL MAQDIS MASA SAYYIDINA UMMAR BIN KHATTAB RA BAG : 1
Keagungan Islam bukan hanya dalam tata cara beribadah saja ummat di ajarkan akan segala adab, hingga masuk WC bahkan berperang pun ada adab dalam Islam..
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
yakni,jangan mencincang lawan,jangan membunuh wanita dan anak2 serta manula,jangan mengganggu gereja,jangan menggunakan bom curah,jangan menggunakan senjata kimia,jangan merusak bangunan,jangan merusak pohon2,dst.
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar r.a, ia berkata, “Aku mendapati seorang wanita yang terbunuh dalam sebuah peperangan bersama Rasulullah saw. Kemudian beliau melarang membunuh kaum wanita dan anak-anak dalam peperangan,” (HR Bukhari [3015] dan Muslim [1744]).

Dalam riwayat lain disebutkan, “Rasulullah saw. mengecam keras pembunuhan terhadap kaum wanita dan anak-anak,” (HR Bukhari [3014] dan Muslim [1744]).dan keterangan keterangan lainnya yang bisa anda cari/pelajari tentang ADAB BERPERANG.

SAYYIDINA UMAR BEBASKAN BAITUL MAQDIS :
IKHTIBAR PENAKLUKAN BAITUL MAQDIS MASA SAYYIDINA UMMAR BIN KHATTAB RA BAG - 2 :
Pada tahun 635 M, Khalifah Umar Ibn Khattab memerintahkan Amr Ibn Al-Ash dan Syarhabil Ibn Hasanah beserta pasukannya bergerak menuju Palestina dengan tujuan menaklukan Jerusalem. Sebelum Amr Ibn Al-Ash dan Syarhabil Ibn Hasanah beserta pasukannya menuju Jerusalem, banyak daerah-daerah tertentu yang harus ditaklukan terlebil dahulu.

Pasukan Islam bergerak melalui Golan (Jaulan), daerah pegunungan yang subur, hijau, rimbun, sejuk. Di situlah Pasukan Islam berhenti untuk beristirahat sejenak. Dari Golan, Amr dan pasukannya memasuki Galileia, sebuah kawasan hijau dan subur di bagian Utara Palestina. Galileia mempunyai nilai sejarah penting dalam tradisi Yahudi dan Kristen. Amr dan pasukannya tidak mendapat banyak kesulitan ketika menaklukan kota-kota sepanjang Galileia. Mereka hanya mendapat perlawanan kecil dari pihak Byzantium yang masih tersisa. Amr dan pasukan Islam memberi jaminan keamanan dan kepemilikan kepada seluruh rakyat Galileia.

Sementara itu Yazid Ibn Abi Sufyan dan adiknya, Mu’awiyah, yang ditugaskan untuk menaklukan sepanjang pesisir pantai Levantina, membagi pasukan kedua arah, arah Utara dan arah Selatan. Di Utara, pasukan Islam yang dipimpin oleh Mu’awiyah berhasil menaklukan Beirut, Tripoli, Sidon, Byblos, dan Latakia. Sedangkan arah Selatan, pasukan Islam yang dipimpin oleh Yazid berhasil menaklukan satu persatu kota-bandar disepanjang kota pesisir itu, seperti Sidon, Tyre, Acre, hingga Haifa dibagian Provinsi Palestina.
Tinggal Caesarea, Kota bandar di pesisir Levantina bagian barat Palestina, memiliki pertahanan terkuat untuk Byzantium setelah kepergian Heraklius ke Konstantinopel. Konstantin II, anak Heraklius, masih bertahan di kota-bandar itu bersama sejumlah pasukan. Saat mengetahui pasukan Islam yang dipimpin oleh Amr Ibn Al-Ash bersama Syarhabil Ibn Hasanah tengah bergerak ke arah Palestina, Pangeran Konstantin II segera mempersiapkan pasukan dan memanggil bala bantuan dari Siprus dan Konstantinopel dan mengangkat Artavon sebagai panglima. Sementara itu, pasukan Yazid yang telah menaklukan Haifa segera bergabung dengan pasukan Amr, untuk kemudian bersama-sama menuju Jerusalem. Saat melintasi Ajnadin, pasukan Islam bertemu dengan pasukan Byzantium dari Caersarea. Pertempuran pun pecah dengan sangat dahsyat seperti Perang Yarmuk dulu. Dalam pertempuran itu, pihak Byzantium kembali dikalahkan. Kemudian Artavon, panglima perang dari Caesarea, beserta beberapa pasukan yang tersisa lantas melarikan diri menuju Jerusalem.

Pasukan Islam telah tiba di sisi kota kuno itu dan melangsungkan pengepungan kota sepanjang musim dingin. Khalifah Umar memerintahkan Abu Ubaidah, Khalid, dan Mu’awiyah, yang telah berhasil menaklukan seluruh wilayah Suriah dan Pesisir Levantina, untuk segera bertolak ke Jerusalem dan bergabung dengan pasukan Amr.
IKHTIBAR PENAKLUKAN BAITUL MAQDIS MASA SAYYIDINA UMMAR BIN KHATTAB RA BAG - 3 :

Dibalik benteng, didalam Gereja, Panglima Artavon dan Patriack Sophronius, Uskup Agung gereja Jerusalem, tengah berdebat sengit[11]. Artavon tetap bersikukuh menginginkan Jerusalem dipertahankan dari penaklukan pasukan Islam, sekalipun harus mengorbankan peperangan di dalam Kota Suci ini. Sementara Sophronius manganggap bahwa pendudukan orang-orang Islam adalah penjelmaan dari kehendak Tuhan yang dikirimkan untuk mengakhiri kekuasaan orang-orang Byzantium. Sophronius lebih memilih bernegosiasi dan menyerahkan Jerusalem kepada pihak Islam dengan jalan damai.

Orang-orang yang ikut berkumpul di Gereja dan mengikuti jalannya perdebatan akhirnya menyetujui pendapat sang Uskup. Mereka setuju jika Jerusalem diserahkan kepada Islam dengan jalan damai. Maka, salah seorang utusan dikirim untuk menemui pihak Islam di luar benteng. Utusan itu datang membawa syarat-syarat penyerahan Kota, yaitu tidak akan ada pengangkatan senjata, diizinkan sisa-sisa pasukan Byzantium untuk berangkat ke Mesir, dan penyerahan Jerusalem diterima secara langsung oleh pemimpin tertinggi Islam, yaitu Khalifah Umar. Abu Ubaidah menerima syarat-syarat tersebut. Ia pun mengundang Khalifah Umar ke Jerusalem untuk menerima penyerahan kota tersebut.

Permintaan itu diterima oleh Umar dengan senang hati. Kemudian beliau dengan ditemani seorang budaknya datang dengan mengendarai seekor unta bergantian dengan budaknya.
Kabar kedatangan Khalifah Umar ke Jerusalem telah tersebar ke seluruh pelosok kota itu. Semua menantinya dengan sukacita, seluruh penduduk Jerusalem pun tumpah ruah di gerbang kota. Tua dan muda, laki-laki dan perempuan tampak bersiap menanti arak-arakan kunjungan kenegaraan yang akan tiba, untuk melihat, menyambut dan mengucapkan selamat datang kepada Khalifah yang terkenal karena keadilannya itu. Namun arak-arakan yang diharapkan itu tidak ada. Di ujung sana mereka hanya melihat dua orang yang sederhana bersama seekor unta yang kelelahan. Salah seorang dari mereka duduk di atas punggung unta, dan yang lainnya berjalan kaki sambil menuntun untanya. Para penduduk pun mengira bahwa khalifah pastilah yang duduk di punggung unta, segera seluruh penduduk kota berlarian menyongsong dan menyalami sang penunggang unta untuk menyambutnya, tapi ternyata yang duduk di punggung unta adalah pengawal khalifah. Karena dalam melewati perjalanan jauh dari Damaskus ke Jerusalem, Umar menghargai pengawalnya dengan bergantian menaiki unta mereka. Dan pada saat menjelang tiba di gerbang kota, merupakan giliran Umar lah yang berjalan menuntun unta. Semua orang takjub dengan pribadi sang pemimpin besar Islam itu. Umar pun hanya memakai jubah yang sudah lusuh dan jahitan. Ia juga hanya membawa perbekalan makanan ala kadarnya seperti sekantong gandum, sekantong kurma, sebuah piring kayu, sebuah kantong air dari kulit, dan selembar tikar untuk beribadah.

Kehadiran Umar secara sederhana itu membuat takjub hati rakyat Baitul Maqdis. Mereka hampir tidak percaya ketika melihat pribadi Umar menuntun unta yang ditunggangi oleh budaknya memasuki kta suci itu.mereka kira bahwa dalam kebesaran Umar itu akan ditandai pula dengan kebesaran dalam pengawalannya dan sebagainya.

 IKHTIBAR PENAKLUKAN BAITUL MAQDIS MASA SAYYIDINA UMMAR BIN KHATTAB RA BAG - 4 :


Umar memasuki kota itu dengan penuh tawadhu kepada Allah yang telah membukakan kota suci itu kepada kaum Muslimin dengan secara damai.



Beliau masuk kota suci itu dengan didampingi oleh pendeta Kopernikus. Dalam kesempatan itu beliau masuk Masjidil Aqsha dan bershalat di dalamnya. Setelah itu beliau mengadakan peninjauan ke berbagai daerah kota suci itu dan menyuruh kepada semua gubernurnya untuk berlaku baik terhadap penduduk kota suci itu karena mereka berhak untuk mendapatkan penghormatan lebih dari penduduk kota lainnya. Dan dalam kesempatan itu pula beliau mengumumkan pemberian perlindungan dan keamanan bagi jiwa mereka, harta benda, maupun rumah peribadatan penduduk. Dan melarang kaum Muslimin utnuk mendirikan masjid diatas tempat peribadatan kaum Nasrani (dilarang merusak gereja untuk mendirikan diatasnya masjid Islam).* Lihat: Hadharatul Arab, hal 135



Dalam kitab Futuhul Buldan juga disebutkan kisah perjalanan Umar ke Baitul Maqdis, dimana Umar melewati desa Jabiah dekat kota Damaskus, beliau meliha sekelompok orang yang menderita sakit kusta. Mereka dipencilkan oleh penduduk setempat di atas suatu bukit, karena mereka amat berbahay sekali bagi kesehatan penduduk kota itu. Keadaan mereka amat sengsara sekali,s ehingga hal ini menggerakkan hati Umar untuk mengumpulkan semua gubernurnya di kota Damaskus. Setelah mereka semuanya hadir di hadapan Umar bin Al Khatab, beliau berkata: Demi Allah aku tak akan meninggalkan kota ini sebelum kamu sekalian mengirim kepada mereka makanan, dan mencatat nama mereka dalam catatan orang yang patut dibantu setiap bulannya. ** Kitab Futuhl Buldan, hal. 166.



Dalam hal ini perlu kita tanyakan dalam diri kita sendiri, apakah sebabnya pendeta Kopernikus ketika akan menyerahkan kota suci Baitul Maqdis mensyaratkan kehadiran Umar sendiri ke kota suci itu, padahal sepanjang sejarah untuk menyerahkan suatu kota sukup ditangani oleh Panglima perang yang dapat menaklukkan kota-kota itu.

Disini tampak sekai kecerdikan pendeta Kopernikus yang agung itu. Diamana sebenarnya beliau sangat butuh sekali akan perlindungan bagi daerah kekuasaannya. Beliau telah mendengarkan keadilan dan ketoleransian Umar terhadap rakyat daerah-daerah yang telah ditaklukkan oleh kaum Muslimin. Karena itu beliau menggunakan kecerdikannya untuk mengundang pribadi Umar sendiri untuk menangani penyerahan kota suci tersebut dengan harapan agar Umar sendiri yang menjamin keamanan dan perlindungan bagi kota suci itu. Harapan pendeta tersebut berhasil dan penduduk kota suci itu disamping diberikan perlindungan sebagaimana wajarnya, mereka juga diberikan keistimewaan-keistimewaan khusus, karena mereka termasuk penduduk kota suci.
Khalifah Umar lalu diajak Uskup Sophronius berkeliling ke tempat-tempat suci disepanjang kota. Saat waktu zuhur tiba, Uskup Sophronius membukakan Gereja Makam Suci, tempat bersuci umat Kristen, lalu ia mempersilahkan Khalifah Umar untuk melaksanakan shalat di dalam Gereja. Tawaran kehormatan itu disambut baik oleh Umar. Namun, Umar menolak untuk shalat di gereja Makam Suci, lalu berkata “Jika saya melaksanakan shalat di gereja ini, saya khawatir para pengikut saya yang tidak mengerti dan orang-orang yang datang ke sini dimasa yang akan datang akan mengambil alih bangunan ini kemudian mengubahnya menjadi masjid, hanya karena saya pernah shalat di dalamnya. Mereka akan menghancurkan tempat ibadah kalian. Untuk menghindari kesulitan ini dan supaya Gereja kalian tetap sebagaimana adanya, maka saya shalat diluar”.

Khalifah Umar lalu keluar dari Gereja, meminta ditunjukkan tempat reruntuhan Kuil Sulaiman. Uskup Sophronius menunjukkan tempat itu yang ternyata kotor dan tertimbun sampah. Barsama sahabat lainnya, Khalifah Umar membersihkan sendiri tempat tersebut lalu menggariskan sebuah tapak unuk dijadikan tempat shalat. Ditempat itu pula Khalifah Umar memerintahkan agar dibangun masjid yang kelak dikenal dengan Masjid Umar.

Penaklukan Jerusalem menandai selesainya serangkaian Penaklukan Islam atas seluruh wilayah Suriah dan Palestina, di samping Yordania dan Pesisir Levantina.Penaklukan tersebut mengakhiri kekuasaan Yunani-Romawi yang telah berkuasa di wilayah tersebut selama beberapa abad. Sejak saat itu pula, seluruh wilayah tersebut berada di bawah naungan kekuasaan Islam.




Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.