Hubungan antara Ya’juj, Ma’juj dan Yerusalem


Oleh Maulana Imran N. Hosein


Dalam Surah Al-Kahfi, serta dalam sabda Nabi Muhammad saw, Ya’juj dan Ma’juj dijelaskan sebagai kaum yang diciptakan oleh Allah SWT, dan memiliki kekuatan yang mengagumkan. Allah berfirman, “Tak ada satupun yang bisa menghancurkan mereka.”. Mereka ditahan dibalik sebuah tembok besi karena mereka menggunakan kekuatannya untuk tujuan FASAD (perilaku kejahatan, penindasan, kerusakan).

Al Qur’an juga menyatakan secara tidak langsung bahwa mereka akan menggunakan kekuatan untuk melancarkan perang terhadap mereka yang hidup dengan keimanan dan kebenaran, dan bahwa mereka akan bertindak secara keji terhadap mereka yang hidup dengan cara primitif, atau yang hidup dengan susah payah (seperti yang terjadi di Haiti). Dengan demikian muncul gambaran dari kaum yang memiliki hati seperti binatang.

Kemudian Al Qur’an memberi tahu kita bahwa ketika Akhir Zaman dimulai, “Allah akan menghancurkan tembok tersebut” dan Ya’juj dan Ma’juj (yang merupakan salah satu tanda besar Hari Kiamat) akan dilepaskan ke dunia. Mereka akhirnya akan “menyebar ke segala arah” – ini menandakan bahwa mereka akan mengambil alih seluruh dunia dengan kekuatan yang tak terkalahkan, dan untuk pertama kalinya dalam sejarah, suatu kaum akan memerintah seluruh umat manusia. Namun sejak saat itu, tatanan dunia akan menyaksikan penindasan, dan perang terhadap agama, yang akan bertentangan sepenuhnya dengan perintah yang datang dari langit. Tidak akan mungkin ada orang beriman yang nyaman dengan ‘masyarakat mainstream’ dalam sebuah dunia seperti itu.

Dalam Surah yang berjudul ‘para Nabi’ (Surah Al Anbiya), Al Qur’an sekali lagi menyebut Ya’juj dan Ma’juj sambil menyebutkan sebuah Kota yang telah dihancurkan oleh Allah, dan penduduknya diusir dan dilarang pulang untuk mengklaim kembali Kota mereka hingga Ya’juj dan Ma’juj dilepaskan, dan menyebar ke segala arah.

Mereka yang memiliki penglihatan spiritual memperoleh cahaya yang datang dari Allah SWT, dan mereka mampu mengenali Kota dan tatanan dunia Ya’juj dan Ma’juj. Cahaya itu memberi mereka kemampuan untuk menembus REALITAS INTERNAL.

Kota itu adalah Yerusalem! Allah SWT menghancurkan Kota itu dan mengusir orang Yahudi dari Kota tersebut. Mereka kemudian dilarang pulang untuk mengklaim kembali kota itu sebagai kota mereka. Hari ini mereka telah kembali dan mengklaim kota itu sebagai kota mereka. Namun mereka bisa melakukan hal demikian dengan cara menunggangi punggung orang-orang yang tidak beriman yang memiliki kekuatan sedemikian rupa hingga mereka menguasai seluruh dunia, dan menggunakan kekuatan itu untuk menindas umat manusia dengan kejam, dan melancarkan perang terhadap Islam secara umum dan terhadap orang-orang Arab secara khusus.

Tapi mereka melakukannya saat mengendarai punggung orang-orang yang tidak beriman yang memiliki kekuatan sedemikian rupa sehingga mereka menguasai sepenuhnya seluruh dunia, dan yang tanpa henti menggunakan kekuatan itu untuk menindas umat manusia, dan untuk berperang melawan Islam secara umum dan orang-orang Arab khususnya.
Dari zaman Eropa abad pertengahan-kekristenan hingga zaman peradaban barat sekuler modern, Eropa semakin menunjukkan karakteristik tatanan dunia Ya’juj dan Ma’juj, dan juga telah menyelesaikan misi dasar mereka. Hari ini orang-orang Eropa yang berada di Eropa, Amerika Utara dan di Tanah Suci telah mengendalikan seluruh dunia. Mereka menggunakan kekuatan untuk menindas dan merusak.

Mereka membebaskan Tanah Suci, dan memulangkan kembali orang Yahudi untuk mengklaim tanah itu sebagai milik mereka. Mereka menciptakan Negara Eropa-Israel sekuler yang tak bertuhan dan mempersembahkannya kepada orang Yahudi non-Eropa sebagai Tanah Israel di era Nabi Daud as. Hal itu merupakan sebuah tanda akan kebutaan spiritual orang Yahudi non-Eropa yang mana mereka mengizinkan diri mereka sendiri untuk ditipu dan diarahkan ke jalan menuju kehancuran terakhir mereka oleh Ya’juj dan Ma’juj.

Nabi Muhammad saw telah menyediakan informasi tambahan tentang Ya’juj dan Ma’juj. Sebagai contoh, Beliau bersabda, “Tak satu pun dari mereka yang mati tanpa menyisakan seribu lebih di belakangnya.” Dan jadi, kini, baru bisa dipahami realitas globalisasi kontemporer yang membawa umat manusia ke perbudakan terbesar.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.