Spread of Wahhabism was Done at Request of West during Cold War
Wawancara 75 menit oleh Washington Post
dengan Putra Mahkota Arab Saudi ini sudah dilakukan pada bulan 22 maret
2018 lalu, tapi informasi ini sangat disayangkan untuk dilewatkan,
terutama untuk memahami merebaknya radikalisme sejak era 80an.
Penyebaran faham Wahabisme yang didanai oleh Saudi adalah dilakukan atas permintaan dari negara-negara Barat kepada Riyadh guna membantu melawan pengaruh Uni Soviet selama era Perang Dingin, Pangeran Mahkota Muhammad bin Salman (MBS) mengatakan kepada Washington Post.
Menurut MBS, penyebaran ideologi Wahhabi yang didanai oleh Saudi dimulai pada paruh kedua abad 20 setelah sekutu Barat Arab Saudi (Yaitu AS dan Negara2 Eropa) mendesak Arab Saudi untuk berinvestasi (menyebarkan Wahabiisme) dengan cara membangun Masjid dan Madrasah di luar negeri untuk membantu melawan pengaruh Uni Soviet dalam era Perang Dingin.
“Para sekutu kami itu (AS dan negara Eropa) menuntut kami menggunakan sumber daya kami untuk menyelesaikan tugas ini,” kata Bin Salman. Putra Mahkota juga mengakui bahwa pergantian penguasa dalam pemerintah Saudi yang berturut-turut telah membuat semuanya kehilangan arah, dan sekarang “kita harus mengembalikan semuanya kejalurnya.”
Dalam sebuah wawancara 60 menit dengan TV CBS , putra mahkota membahas banyak sekali topik termasuk upaya reformasinya di dalam negerih, doktrin kaku yang lamban yang telah lama membuat Arab Saudi lambat merespon terhadap revolusi Iran tahun 1979, setelah itu Arab Saudi ingin meniru revolusi “model Iran” itu.
“Sebelum tahun 1979 Arab Saudi tidaklah seperti ini. Setelah tahun 1979 Arab Saudi dan seluruh wilayahnya telah mengalami kebangkitan . … Semua yang kami lakukan adalah untuk kembali keawal, yaitu Islam moderat yang terbuka bagi semua agama dan dunia dan semua tradisi dan seluruh manusia, ”kata MBS.
“Saya percaya Islam adalah agama yang masuk akal, Islam itu sederhana, tapi orang-orang telah berusaha membajaknya,” katanya kepada Washington Post.
MBS juga mengatakan bahwa sumber pendanaan saat ini kebanyakan berasal dari “Yayasan” yang berbasis di Saudi, bukan dari pemerintah.
Topik lain dalam wawancara ini adalah termasuk adanya tulisan di media AS yang menyatakan MBS telah mengatakan bahwa dia penasihat senior Gedung Putih Jared Kushner itu sudah dalam genggamannya. MBS membantah laporan bahwa ketika dia bertemu Kushner yang juga menantu Donald Trump di Riyadh pada bulan Oktober dia telah meminta atau mendapat lampu hijau dari Kushner untuk melakukan tindakan keras terhadap tuduhan korupsi (bebarapa anggota kerajaan) yang menyebabkan penangkapan besar besaran atas banyak keluarga kerajaan tak lama setelah pertemuan itu. Menurut MBS, penangkapan itu adalah murni masalah domestik dan telah biasa dilakukan Kerajaan selama bertahun-tahun ini.
MBS mengatakan bahwa adalah sesuatu “benar-benar gila” baginya jika mau bertukar informasi rahasia dengan Kushner, atau mencoba menggunakan (Khusner) demi (melobi) kepentingan Saudi dalam pemerintahan Trump. Dia menyatakan bahwa hubungan mereka adalah dalam konteks pemerintahan yang normal, tetapi dia mengakui bahwa dia dan Kushner telah “bekerja bersama sebagai teman, lebih dari sekedar mitra.” Dia juga menyatakan bahwa dia juga memiliki hubungan baik dengan Wakil Presiden Mike Pence dan yang lain di dalam Gedung Putih.
Putra mahkota itu juga berbicara tentang perang di Yaman, di mana koalisi yang dipimpin Saudi terus melancarkan serangan pemboman terhadap pemberontak Houthi dalam upaya untuk mengembalikan kembali Abdrabbuh Mansur Hadi sebagai presiden. Konflik itu telah membunuh ribuan orang, dan menyebabkan banyak orang mengungsi dan mendorong negara (Yaman) itu ke jurang kelaparan, dan merebaknya wabah kolera yang besar.
Meskipun koalisi Saudi banyak dituduh sebagai penyebab sejumlah besar kematian warga sipil dan mengabaikan nyawa sipil , tapi tuduhan itu ditolak oleh Riyadh , putra mahkota mengatakan bahwa negaranya belum punya “kesempatan” untuk memperbaiki situasi kemanusiaan di negara (Yaman) itu. “Tidak ada opsi bagus dan opsi buruk. Pilihannya hanya antara yang buruk dan yang terburuk, ”katanya.
Wawancara dengan putra mahkota Saudi itu awalnya tidak direkam. Namun, kedutaan Saudi kemudian menyetujui Washington Post untuk menerbitkan bagian bagian tertentu dari wawancara tersebut.
Penyebaran faham Wahabisme yang didanai oleh Saudi adalah dilakukan atas permintaan dari negara-negara Barat kepada Riyadh guna membantu melawan pengaruh Uni Soviet selama era Perang Dingin, Pangeran Mahkota Muhammad bin Salman (MBS) mengatakan kepada Washington Post.
Menurut MBS, penyebaran ideologi Wahhabi yang didanai oleh Saudi dimulai pada paruh kedua abad 20 setelah sekutu Barat Arab Saudi (Yaitu AS dan Negara2 Eropa) mendesak Arab Saudi untuk berinvestasi (menyebarkan Wahabiisme) dengan cara membangun Masjid dan Madrasah di luar negeri untuk membantu melawan pengaruh Uni Soviet dalam era Perang Dingin.
“Para sekutu kami itu (AS dan negara Eropa) menuntut kami menggunakan sumber daya kami untuk menyelesaikan tugas ini,” kata Bin Salman. Putra Mahkota juga mengakui bahwa pergantian penguasa dalam pemerintah Saudi yang berturut-turut telah membuat semuanya kehilangan arah, dan sekarang “kita harus mengembalikan semuanya kejalurnya.”
Dalam sebuah wawancara 60 menit dengan TV CBS , putra mahkota membahas banyak sekali topik termasuk upaya reformasinya di dalam negerih, doktrin kaku yang lamban yang telah lama membuat Arab Saudi lambat merespon terhadap revolusi Iran tahun 1979, setelah itu Arab Saudi ingin meniru revolusi “model Iran” itu.
“Sebelum tahun 1979 Arab Saudi tidaklah seperti ini. Setelah tahun 1979 Arab Saudi dan seluruh wilayahnya telah mengalami kebangkitan . … Semua yang kami lakukan adalah untuk kembali keawal, yaitu Islam moderat yang terbuka bagi semua agama dan dunia dan semua tradisi dan seluruh manusia, ”kata MBS.
“Saya percaya Islam adalah agama yang masuk akal, Islam itu sederhana, tapi orang-orang telah berusaha membajaknya,” katanya kepada Washington Post.
MBS juga mengatakan bahwa sumber pendanaan saat ini kebanyakan berasal dari “Yayasan” yang berbasis di Saudi, bukan dari pemerintah.
Topik lain dalam wawancara ini adalah termasuk adanya tulisan di media AS yang menyatakan MBS telah mengatakan bahwa dia penasihat senior Gedung Putih Jared Kushner itu sudah dalam genggamannya. MBS membantah laporan bahwa ketika dia bertemu Kushner yang juga menantu Donald Trump di Riyadh pada bulan Oktober dia telah meminta atau mendapat lampu hijau dari Kushner untuk melakukan tindakan keras terhadap tuduhan korupsi (bebarapa anggota kerajaan) yang menyebabkan penangkapan besar besaran atas banyak keluarga kerajaan tak lama setelah pertemuan itu. Menurut MBS, penangkapan itu adalah murni masalah domestik dan telah biasa dilakukan Kerajaan selama bertahun-tahun ini.
MBS mengatakan bahwa adalah sesuatu “benar-benar gila” baginya jika mau bertukar informasi rahasia dengan Kushner, atau mencoba menggunakan (Khusner) demi (melobi) kepentingan Saudi dalam pemerintahan Trump. Dia menyatakan bahwa hubungan mereka adalah dalam konteks pemerintahan yang normal, tetapi dia mengakui bahwa dia dan Kushner telah “bekerja bersama sebagai teman, lebih dari sekedar mitra.” Dia juga menyatakan bahwa dia juga memiliki hubungan baik dengan Wakil Presiden Mike Pence dan yang lain di dalam Gedung Putih.
Putra mahkota itu juga berbicara tentang perang di Yaman, di mana koalisi yang dipimpin Saudi terus melancarkan serangan pemboman terhadap pemberontak Houthi dalam upaya untuk mengembalikan kembali Abdrabbuh Mansur Hadi sebagai presiden. Konflik itu telah membunuh ribuan orang, dan menyebabkan banyak orang mengungsi dan mendorong negara (Yaman) itu ke jurang kelaparan, dan merebaknya wabah kolera yang besar.
Meskipun koalisi Saudi banyak dituduh sebagai penyebab sejumlah besar kematian warga sipil dan mengabaikan nyawa sipil , tapi tuduhan itu ditolak oleh Riyadh , putra mahkota mengatakan bahwa negaranya belum punya “kesempatan” untuk memperbaiki situasi kemanusiaan di negara (Yaman) itu. “Tidak ada opsi bagus dan opsi buruk. Pilihannya hanya antara yang buruk dan yang terburuk, ”katanya.
Wawancara dengan putra mahkota Saudi itu awalnya tidak direkam. Namun, kedutaan Saudi kemudian menyetujui Washington Post untuk menerbitkan bagian bagian tertentu dari wawancara tersebut.
Post a Comment