WAHABI DAN TERORISME
Putera Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman
dalam wawancara dengan Washington Post mengungkapkan bahwa perhatian
Riyadh terhadap penyebaran ajaran Wahabi di dunia dilakukan atas
permintaan AS demi menghadapi blok Timur dalam perang dingin yang
terjadi antara 1947 hingga 1991.
Selain itu, pangeran Mohammed bin Salman juga mengakui dukungan finansial rezim Al Saud terhadap penyebaran Wahabisme. Menurutnya, pasokan keuangan ini secara umum dilakukan melalui lembaga-lembaga non-pemerintah yang berpusat di negara ini.
Selama ini, ajaran Wahabi menjadi basis pemikiran yang dijadikan rujukan tunggal kelompok-kelompok teroris. Faktanya, ajaran Wahabi memainkan peran penting dalam membidani lahirnya kelompok kelompok teroris semacam Al Qaeda, yang dijadikan alat oleh rezim Al Saud untuk menyebarkan fitnah di kawasan dan dunia demi mewujudkan ambisinya.
Tujuan utama rezim Al Saud membentuk kelompok-kelompok teroris untuk menyulut ketakutan, dan friksi antarmazhab Islam yang sejalan dengan kepentingan AS. Ekstremisme Wahabi selain menyulut perang saudara, juga menciptakan perpecahan di tubuh dunia Islam.
Tafsir tunggal terhadap ajaran Islam dengan ideologi takfirinya menjadikan hanya kelompok mereka saja yang dipandang benar, sedangkan mazhab lain dianggap sesat.
Peran Arab Saudi dalam menciptakan kelompok takfiri juga diakui media dan kalangan akademisi dan politikus Barat sendiri. Daily Telegraph menyebut Wahabisme sebagai faktor pemicu kemunculan terorisme internasional. Koran Inggris ini menilai akar pemikiran terbentuknya kelompok teroris kembali kepada ajaran Wahabisme, dengan pusat pemikirannya berada di Arab Saudi.
Selain Daesh, kelompok teroris dan ekstrem lain seperti Al Qaeda, Front Al-Nusra, dan Taliban bersumber dari pemikiran Wahabi. Masing-masing dari kelompok teroris ini dipengaruhi oleh sistem pengajaran agama Islam versi Wahabi yang didanai oleh pemerintah Arab Saudi. Oleh karena itu, para pengamat terorisme mengaitkan ajaran Wahabisme dengan terorisme dan Arab Saudi yang disebut sebagai negara penghasil teroris.
Profesor Studi Amerika Universitas Massachusetts, Paul Atwood menilai AS dan Arab Saudi sebagai faktor utama penyebar ekstremisme dan tumbuhnya Daesh di Timur Tengah. Atwood mengatakan bahwa terorisme sebagai alat dalam strategi kebijakan luar negeri AS.
Koran Huffington Post menyebut Arab Saudi dan Wahabisme sebagai pendukung utama terorisme di dunia. Surat kabar AS ini menjelaskan bahwa kelompok-kelompok yang masuk dalam daftar organisasi teroris oleh kementerian luar negeri AS kebanyakan dipengaruhi oleh ajaran Wahabisme yang didukung penguasa Saudi. Huffington dalam salah satu tulisannya menyerukan supaya pemerintah AS menghentikan kebijakannya mendukung negara yang secara terang-terangan mendukung terorisme.
Sejatinya, publik internasional sudah tahu bahwa rezim Al Saud sebagai salah satu pendukung terbesar penyebaran terorisme di dunia. Tapi ironisnya, meskipun AS mengetahui masalah ini, tapi tetap saja melanjutkan kerja sama militer dengan Riyadh, bahkan mendukung kejahatan yang dilancarkan rezim Al Saudi terhadap negara lain termasuk Yaman.
Penjualan senjata dan alutsista negara-negara Barat terutama AS terhadap Arab Saudi menunjukkan dukungan mereka terhadap negara penyebar terorisme di dunia itu. Oleh karena itu, berlanjutnya kekerasan dan instabilitas di kawasan dan dunia hasil dari penyebaran pemikiran Wahabisme esktrem yang dikembangkan Arab Saudi dan didukung AS.
Sebuah surat kabar Amerika dalam laporan terbaru
menyinggung meluasnya gelombang terorisme di berbagai belahan dunia. The
New York Times menulis, dunia saat ini sedang memanen produk Arab
Saudi.
Disebutkan bahwa Arab Saudi menghabiskan dana besar untuk
memperluas Wahhabisme, sebuah paham yang menjadi sumber, dasar dan
penguat berbagai kelompok teroris termasuk kelompok teroris Takfiri
Daesh (ISIS/IS).Menurut The New York Times, Arab Saudi telah membuat para pengambil kebijakan Amerika Serikat frustasi. Pasalnya, meski Washington telah memberikan bantuan militer ke Riyadh, namun para pejabat rezim Al Saud –melalui penyebaran paham Wahabi dan penbentukan kelompok teroris Daesh serta kelompok-kelompok teroris lainnya– telah terlibat dalam serangan 11 September 2001.
Pendirian berbagai sekolah Wahabi-Saudi di banyak negara dunia, bahkan di Eropa seperti di Kosovo, telah berubah menjadi pusat untuk menarik para pemuda bergabung dengan Daesh di Suriah dan Irak. Penyebaran pemikiran Wahabi di berbagai belahan dunia telah menyebabkan meluasnya ekstremisme dan gelombang terorisme hingga ke jantung Eropa.
Eskalasi kekerasan, ekstremisme dan ketidakamanan di dunia adalah hasil dari kebijakan-kebijakan Arab Saudi untuk menyebarkan paham Wahabi di bawah naungan dukungan AS.
Produk sekolah-sekolah Wahabi di berbagai wilayah strategis yang rencanaya untuk memajukan kepentingan-kepentingan Arab Saudi dan mitra-mitranya, dampaknya hari ini tidak lagi mengenal batas. Kota-kota Eropa, Asia, Afrika dan bahkan Amerika terancam oleh kemungkinan serangan teror.
Daesh merupakan kelompok teroris Takfiri yang sangat buas, di mana penyebaran pemikiran Wahabi dan investasi Arab Saudi terkait hal ini berperan mendasar dalam penyuburan kelompok teroris tersebut.
Begabungnya para pemuda dari berbagai kota di negara-negara Eropa menjadi anggota Daesh memiliki hubungan penuh makna dengan investasi Arab Saudi. Tindakan rezim Al Saud ini telah memperluas bayangan ketakutan di dunia. sMasyarakat internsional setiap saat bisa menjadi korban serangan terorisme.
Hanya sedikit orang yang memprediksi terjadinya serangan teroris di jantung Eropa seperti di Paris dan Brussels, sebab mitra-mitra rezim Al Saud di Eropa menilai Arab Saudi sebagai sekutu mereka, sehingga akan aman dari target teror. Negara-negara itu juga telah memberikan bantuan senjata kepada Riyadh. Namun mereka lupa bahwa pemikiran Wahabi tidak mengenal batas wilayah.
Kebijakan Arab Saudi untuk menyebarkan ekstremisme, tindakan dan tanggung jawab negara ini dalam menjalin kerjasama dengan AS dan negara-negara lain bertentangan dengan upaya penguatan perdamaian dan keamaman dunia. Pada prakteknya, lulusan sekolah-sekolah Arab Saudi menjadi pelaku peningkatan kekerasan, ketidakamanan dan perluasan serangan teror di belahan dunia.
Arab Saudi berusaha memperkenalkan dirinya sebagai sebuah negara yang bertanggung jawab di arena internasional, namun Riyadh secara terang-terangan menegaskan penyebaran pemikiran Wahabi. Terkait hal ini, Sheikh Saleh al-Fauzan, Mufti Wahabi Arab Saudi dan anggota dewan fatwa baru-baru ini menyerukan penyebasran paham Wahabi di berbagai belahan dunia.
Rezim Al Saud yang menilai legitimasi politiknya bergantung pada mufti-mufti Wahabi, tidak bersedia untuk menerima tanggung jawab di hadapan perdamaian dan keamanan dunia. Oleh karena itu, dunia hari ini memanen produk dan investasi Arab Saudi, yaitu ekstemisme dan terorisme.
Post a Comment