MAGIC CARPET OPERATION PEMINDAHAN YAHUDI DARI YAMAN
Hari ini, 1948, Israel yang baru memproklamasikan
kemerdekaannya pada Mei 1948 dengan mencaplok kawasan Palestina, mulai
memasok tanah “yang dijanjikan” ini dengan umat Yahudi dari Yaman. Dari Onthisday,
peristiwa penerbangan yang mengangkut Yahudi pertama ke Israel ini
dikenal dengan nama Operation Magic Carpet (Operasi Karpet Ajaib).
Lebih dari 50.000 orang Yahudi diterbangkan dari Yaman dalam penerbangan rahasia sebelum operasi tersebut secara resmi diluncurkan di tengah banyak publisitas sebagai pernyataan komitmen Negara Yahudi untuk membawa “pulang” rakyatnya.
Operasi yang dikenal dengan nama lain sebagai Operation Wings of Eagles ini secara keseluruhan dimulai sejak Desember 1948 hingga Desember 1948.
Mengapa Yahudi Yaman? Sejak lama, umat Yahudi di sana dianggap menghadapi tantangan berat sebagai minoritas. Saat operasi tersebut dilakukan, pemerintah Mesir memblokir akses utama selatan ke Tanah Suci – Laut Merah dan Terusan Suez (jalur laut). Satu-satunya harapan mereka adalah melalui operasi karpet ajaib tersebut.
Dihadapkan pada perang dan kondisi ekonomi yang keras, Perdana Menteri Israel pertama, David Ben-Gurion, memohon kepada rekan-rekannya untuk melakukan apapun yang mereka bisa untuk memindahkan semua orang Yahudi Yaman ke Israel. Komite Distribusi Bersama Yahudi Amerika mendanai pengangkutan udara tersebut menggunakan Alaska Airlines.
Bagaimana orang Yahudi bisa ada di Yaman? Menurut satu sumber, Raja Salomo mengirim pedagang ke Yaman untuk mendapatkan emas dan perak untuk membangun Bait Suci di Yerusalem. Menurut cerita orang-orang Yahudi di Sanaa (kini ibukota Yaman), satu pemukiman terbentuk 42 tahun sebelum penghancuran Bait Suci Pertama, dengan 75.000 orang dibawa ke Yaman oleh Nabi Yeremia.
Di antara pengungsi baru-baru ini (upaya pemindahan Yahudi dari Yaman masih berlangsung hingga sekarang) misalnya ada keluarga Aharon Zindani, seorang tetua masyarakat, yang dibunuh pada tahun 2012.
Dari Independent, pada tahun yang sama seorang wanita Yahudi muda diculik, dipaksa masuk Islam dan menghilang setelah –menurut laporan–dipaksa untuk menikahi seorang Muslim. Orang-orang dari masyarakat yang tinggal di belakang terutama di Sanaa, tinggal di sebuah kompleks tertutup yang disebut Tourist City, yang biasa menampung pekerja asing di masa yang lebih damai.
Namun, banyak di komunitas religius Yahudi Yaman merasa mereka mungkin tidak dapat tinggal di masyarakat Israel yang lebih sekuler, sehingga menolak dipindahkan ke sana.
Baik pemerintah Yaman, yang didukung oleh Arab Saudi, dan suku Houthi yang didukung oleh Iran, berpendapat, bahwa komunitas Yahudi Yaman telah dilindungi dan hanya ada sedikit insiden anti-Semit.
Seperti diketahui, saat ini Yaman menjadi kawasan yang selalu bergolak akibat perebutan pengaruh di antara mereka. Kondisi diperparah dengan masuknya kelompok-kelompok radikal termasuk ISIS.
Natan Sharansky, ketua Badan Yahudi, badan kuasi-pemerintah, mengatakan, sejak Operasi Magic Carpet hingga kini, pihaknya telah membantu membawa pulang orang-orang Yahudi Yaman ke Israel.(***/dari beberapa sumber)
Lebih dari 50.000 orang Yahudi diterbangkan dari Yaman dalam penerbangan rahasia sebelum operasi tersebut secara resmi diluncurkan di tengah banyak publisitas sebagai pernyataan komitmen Negara Yahudi untuk membawa “pulang” rakyatnya.
Operasi yang dikenal dengan nama lain sebagai Operation Wings of Eagles ini secara keseluruhan dimulai sejak Desember 1948 hingga Desember 1948.
Mengapa Yahudi Yaman? Sejak lama, umat Yahudi di sana dianggap menghadapi tantangan berat sebagai minoritas. Saat operasi tersebut dilakukan, pemerintah Mesir memblokir akses utama selatan ke Tanah Suci – Laut Merah dan Terusan Suez (jalur laut). Satu-satunya harapan mereka adalah melalui operasi karpet ajaib tersebut.
Dihadapkan pada perang dan kondisi ekonomi yang keras, Perdana Menteri Israel pertama, David Ben-Gurion, memohon kepada rekan-rekannya untuk melakukan apapun yang mereka bisa untuk memindahkan semua orang Yahudi Yaman ke Israel. Komite Distribusi Bersama Yahudi Amerika mendanai pengangkutan udara tersebut menggunakan Alaska Airlines.
Bagaimana orang Yahudi bisa ada di Yaman? Menurut satu sumber, Raja Salomo mengirim pedagang ke Yaman untuk mendapatkan emas dan perak untuk membangun Bait Suci di Yerusalem. Menurut cerita orang-orang Yahudi di Sanaa (kini ibukota Yaman), satu pemukiman terbentuk 42 tahun sebelum penghancuran Bait Suci Pertama, dengan 75.000 orang dibawa ke Yaman oleh Nabi Yeremia.
Di antara pengungsi baru-baru ini (upaya pemindahan Yahudi dari Yaman masih berlangsung hingga sekarang) misalnya ada keluarga Aharon Zindani, seorang tetua masyarakat, yang dibunuh pada tahun 2012.
Dari Independent, pada tahun yang sama seorang wanita Yahudi muda diculik, dipaksa masuk Islam dan menghilang setelah –menurut laporan–dipaksa untuk menikahi seorang Muslim. Orang-orang dari masyarakat yang tinggal di belakang terutama di Sanaa, tinggal di sebuah kompleks tertutup yang disebut Tourist City, yang biasa menampung pekerja asing di masa yang lebih damai.
Namun, banyak di komunitas religius Yahudi Yaman merasa mereka mungkin tidak dapat tinggal di masyarakat Israel yang lebih sekuler, sehingga menolak dipindahkan ke sana.
Baik pemerintah Yaman, yang didukung oleh Arab Saudi, dan suku Houthi yang didukung oleh Iran, berpendapat, bahwa komunitas Yahudi Yaman telah dilindungi dan hanya ada sedikit insiden anti-Semit.
Seperti diketahui, saat ini Yaman menjadi kawasan yang selalu bergolak akibat perebutan pengaruh di antara mereka. Kondisi diperparah dengan masuknya kelompok-kelompok radikal termasuk ISIS.
Natan Sharansky, ketua Badan Yahudi, badan kuasi-pemerintah, mengatakan, sejak Operasi Magic Carpet hingga kini, pihaknya telah membantu membawa pulang orang-orang Yahudi Yaman ke Israel.(***/dari beberapa sumber)
Post a Comment