HOAX DAN ANCAMANNYA DARI ALLAH RABBUL ALAMIN

Kecanggihan teknologi telah membawa manusia menuju era kecepatan informasi dimana sebuah informasi dapat tersebar ke seluruh penjuru dunia hanya dengan sekali klik khususnya melalui media sosial. Terlebih, hampir setiap orang saat ini memegang sebuah alat bernama ponsel pintar (smartphone). Dengan ponsel pintarnya, segala bentuk informasi dapat diakses dengan sangat mudah. Saking mudahnya, tidak jarang masyarakat terjebak masuk area terlarang yakni mengakses informasi palsu, maupun informasi yang patut diragukan kebenarannya. Kemudian, didorong dengan berbagai alasan, iapun menyebarkan informasi palsu tersebut ke media sosial melalui smartphone-nya. Yah, smartphone di tangan unsmartpeople. Ketika informasi tersebut dikonfrontasi dengan memberikan data dan fakta yang sebenarnya terjadi, maka kemudian ia berkilah “Walah, hanya kesalahan kecil saja, harap dimaklumi” lalu esoknya ia kembali mengulangi kesalahan yang sama, menyebakan berita hoax (lagi).

Mungkin, saat itu ia sedang lupa bahwa turut serta menyebarkan hoax bukanlah merupakan dosa ringan. Hal tersebut tersurat dalam al Quran surat An Nur ayat 14-15 :<>وَلَوْلا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ لَمَسَّكُمْ فِي مَا أَفَضْتُمْ فِيهِ عَذَابٌ عَظِيمٌ (١٤)إِذْ تَلَقَّوْنَهُ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُمْ مَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمٌ (١٥)

Sekiranya tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu.(ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal Dia pada sisi Allah adalah besar.(QS An Nur : 14-15)
Allah juga berfirman dalam al Quran surat An Nisa ayat 83 :</p><p>وَإِذَا جَاءهُمْ أَمْرٌ مِّنَ الأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُواْ بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُوْلِي الأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلاَ فَضْلُ اللّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لاَتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلاَّ قَلِيلاً

“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri) . Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).” (An-Nisa: 83)


ASBABUN NUJUL:
Ibnul Jauzi, dalam Zadul Masir menyebutkan bahwa ada dua pendapat tentang sebab turunnya ayat ini.
1. Berdasarkan riwayat yang hanya dikeluarkan oleh al-Imam Muslim rahimahumallah dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, dari Umar radhiyallahu ‘anhu. Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengasingkan diri dari istri-istri beliau, Umar masuk ke dalam masjid dan mendengar MEREKA MENGATAKAN bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam TELAH MENCERAIKAN ISTRI ISTRINYA. Lalu beliau menemui Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam seraya bertanya, “Apakah Anda telah menceraikan istri-istri Anda?” Nabi menjawab, “Tidak.” Umar pun keluar sambil menyeru, “Ketahuilah, Rasulullah tidak menceraikan istri-istrinya.” Lalu turunlah ayat ini.
2. Berdasarkan riwayat yang dikeluarkan oleh Abu Shalih dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus sariyyah (pasukan khusus yang jumlahnya 4 sampai 400 orang). Kemudian terdengar berita bahwa mereka menang atau kalah. Akhirnya orang-orang membicarakan dan menyebarluaskan berita tersebut. Mereka tidak bersabar hingga Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang menyampaikan berita itu, kemudian turunlah ayat ini.

Syaikh Abdurrahman bin Nasir As-Sa’diy dalam Tafsir Karim al Rahmah menafsirkan ayat ini sebagai berikut :هذا تأديب من الله لعباده عن فعلهم هذا غير اللائق. وأنه ينبغي لهم إذا جاءهم أمر من الأمور المهمة والمصالح العامة ما يتعلق بالأمن وسرور المؤمنين، أو بالخوف الذي فيه مصيبة عليهم أن يتثبتوا ولا يستعجلوا بإشاعة ذلك الخبر، بل يردونه إلى الرسول وإلى أولي الأمر منهم، أهلِ الرأي والعلم والنصح والعقل والرزانة، الذين يعرفون الأمور ويعرفون المصالح وضدها. فإن رأوا في إذاعته مصلحة ونشاطا للمؤمنين وسرورا لهم وتحرزا من أعدائهم فعلوا ذلك. وإن رأوا أنه ليس فيه مصلحة أو فيه مصلحة ولكن مضرته تزيد على مصلحته، لم يذيعوه“ini adalah pengajaran dari Allah kepada Hamba-Nya bahwa perbuatan mereka [menyebarkan berita tidak jelas] tidak selayaknya dilakukan. Selayaknya jika datang kepada mereka suatu perkara yang penting, perkara kemaslahatan umum yang berkaitan dengan keamanan dan ketenangan kaum mukminin, atau berkaitan dengan ketakutan akan musibah pada mereka, agar mencari kepastian dan tidak terburu-buru menyebarkan berita tersebut. Bahkan mengembalikan  perkara tersebut kepada Rasulullah dan yang berwenang mengurusi perkara tersebut yaitu cendikiawan, ilmuan, peneliti, penasehat dan pembuat kebijaksanan. Merekalah yang mengetahui berbagai perkara dan mengetahui kemaslahatan dan kebalikannya. Jika mereka melihat bahwa dengan menyebarkannya ada kemaslahatan, kegembiraan dan kebahagiaan bagi kaum mukminin serta menjaga dari musuh, maka mereka akan menyebarkannya. Dan jika mereka melihat tidak ada kemaslahatan atau ada kemaslahatan tetapi madharatnya lebih besar, maka mereka tidak menyebarkannya

Secara lebih tegas, terdapat salah satu hadits Rasulullah SAW yang menceritakan hukuman bagi pembuat berita hoax dan penyebarnya, sebagai berikut :Dari Samurah bin Jundub radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan mimpi beliau,رأيت الليلة رجلين أتياني، فأخذا بيدي، فأخرجاني إلى أرض فضاء، أو أرض مستوية، فمرا بي على رجل، ورجل قائم على رأسه بيده كلوب من حديد، فيدخله في شدقه، فيشقه، حتى يبلغ قفاه، ثم يخرجه فيدخله في شدقه الآخر، ويلتئم هذا الشدق، فهو يفعل ذلك به

Tadi malam saya melihat ada dua orang yang mendatangiku, lalu mereka memegang lenganku, kemudian mengajakku keluar ke tanah lapang. Kemudian kami melewati dua orang, yang satu berdiri di dekat kepala temannya dengan membawa gancu besi. Gancu itu dimasukkan ke dalam mulutnya, kemudian ditarik hingga robek pipinya sampai ke tengkuk. Dia tarik, lalu dia masukkan lagi ke dalam mulut dan dia tarik hingga robek pipi sisi satunya. Kemudian bekas pipi robek tadi kembali pulih dan dirobek lagi, dan begitu seterusnya.

Di akhir hadis, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi penjelasan oleh Malaikat, bahwa maksud kejadian yang beliau lihat adalah sebagai berikut :أما الرجل الأول الذي رأيت فإنه رجل كذاب، يكذب الكذبة فتحمل عنه في الآفاق، فهو يصنع به ما رأيت إلى يوم القيامة، ثم يصنع الله به ما شاء

Orang pertama yang kamu lihat, itu adalah seorang pendusta. Dia membuat kedustaan dan dia sebarkan ke seluruh penjuru dunia. Dia dihukum seperti itu sampai kiamat, kemudian Allah sikapi sesuai yang Dia kehendaki (HR Ahmad, dishahihkan Syuaib al Arnauth) Berdasarkan beberapa keterangan di atas, maka kita dapat mengetahui bahwa menyebarkan berita hoax tentu bukanlah perkara ringan. Semoga kita dihindarkan dari menjadi bagian dari persebaran berita hoax, dan semoga Allah memberi petunjuk kepada kita menjadi orang yang mampu menjadi ahli klarifikasi berita agar masyarakat dapat terbebas dari pembodohan berupa berita hoax yang ditimbulkan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.