TINGKATAN WALI ALLAH
Kisah Wali Mastur Dan Ciri-Ciri Wali Mastur
Banyak Wali-wali Allah yang dimasyhurkan setelah wafatnya, di antaranya 
adalah Mbah Priok. Sebelumnya, Wali Allah itu tersembunyi (mastur), 
tetapi karena kehendak Allah jua akhirnya Beliau-beliau itu 'tampak ke 
permukaan'. Banyak tanda kewalian seseorang terbuka secara nyata setelah
 terlihat jasadnya utuh (tidak hancur) ketika dipindahkan.
Sebenarnya banyak Wali-wali Allah yang disatarkan (tidak masyhur) khususnya di Pulau Jawa ini.
Disebutkan Dalam Hadits 
 عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ 
وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ عِبَادِ اللهِ لَأُنَاسًا مَا هُمْ بِأَنْبِيَاءَ 
وَلَا شُهَدَاءَ يَغْبِطُهُمُ الْأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ يَوْمَ 
الْقِيَامَةِ بِمَكَانِهِمْ مِنَ اللهِ تَعَالَى قَالُوْا يَا رَسُوْلَ 
اللهِ تُخْبِرُنَا مَنْ هُمْ قَالَ هُمْ قَوْمٌ تَحَابُّوْا بِرُوْحِ اللهِ
 عَلَى غَيْرِ أَرْحَامٍ بَيْنَهُمْ وَلَا أَمْوَالٍ يَتَعَاطَوْنَهَا 
فَوَاللهِ إِنَّ وُجُوْهَهُمْ لَنُوْرٌ وَإِنَّهُمْ عَلَى نُوْرٍ لَا 
يَخَافُوْنَ إِذَا خَافَ النَّاسُ وَلَا يَحْزَنُوْنَ إِذَا حَزِنَ 
النَّاسُ وَقَرَأَ هٰذِهِ الْآيَةَ ( أَلَآ إِنَّ أَوْلِيَآءَ اللهِ لَا 
خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ )
Bahwa Umar bin Khatthab berkata, Nabi saw. bersabda: "Sesungguhnya di 
antara hamba-hamba Allah terdapat beberapa manusia yang bukan para Nabi 
dan bukan orang-orang yang mati syahid. Para Nabi dan orang-orang yang 
mati syahid merasa iri kepada mereka pada hari Kiamat karena kedudukan 
mereka di sisi Allah Ta'ala." Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, 
apakah engkau akan menceritakan kepada kami siapakah mereka?” Beliau 
bersabda: "Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai dengan ruh 
dari Allah tanpa ada hubungan kekerabatan di antara mereka, dan tanpa 
adanya harta yang saling mereka berikan. Demi Allah, sesungguhnya wajah 
mereka adalah cahaya, dan sesungguhnya mereka berada di atas cahaya, 
tidak merasa takut ketika orang-orang merasa takut, dan tidak bersedih 
ketika orang-orang merasa bersedih." Dan beliau membaca ayat ini: 
"Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran 
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. Yunus : 
62)." (HR. Abu Dawud)
يَآأَيُّهَا النَّاسُ اسْمَعُوْا وَاعْقِلُوْا وَاعْلَمُوْا أَنَّ لِلّٰهِ 
عَزَّ وَجَلَّ عِبَادًا لَيْسُوْا بِأَنْبِيَاءَ وَلَا شُهَدَاءَ 
يَغْبِطُهُمُ الْأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ عَلَى مَجَالِسِهِمْ 
وَقُرْبِهِمْ مِنَ اللهِ فَجَاءَ رَجُلٌ مِنَ الْأَعْرَابِ مِنْ قَاصِيَةِ 
النَّاسِ وَأَلْوَى بِيَدِهِ إِلَى نَبِيِّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ 
وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا نَبِيَّ اللهِ نَاسٌ مِنَ النَّاسِ لَيْسُوْا 
بِأَنْبِيَاءَ وَلَا شُهَدَاءَ يَغْبِطُهُمُ الْأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ
 عَلَى مَجَالِسِهِمْ وَقُرْبِهِمْ مِنَ اللهِ انْعَتْهُمْ لَنَا يَعْنِيْ 
صِفْهُمْ لَنَا فَسُرَّ وَجْهُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ 
وَسَلَّمَ لِسُؤَالِ الْأَعْرَابِيِّ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ 
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هُمْ نَاسٌ مِنْ أَفْنَاءِ النَّاسِ وَنَوَازِعِ 
الْقَبَائِلِ لَمْ تَصِلْ بَيْنَهُمْ أَرْحَامٌ مُتَقَارِبَةٌ تَحَابُّوْا 
فِي اللهِ وَتَصَافَوْا يَضَعُ اللهُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنَابِرَ
 مِنْ نُوْرٍ فَيُجْلِسُهُمْ عَلَيْهَا فَيَجْعَلُ وُجُوْهَهُمْ نُوْرًا 
وَثِيَابَهُمْ نُوْرًا يَفْزَعُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا 
يَفْزَعُوْنَ وَهُمْ أَوْلِيَاءُ اللهِ الَّذِيْنَ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ 
وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ
"Wahai sekalian manusia! Dengar, pahami dan ketahuilah bahwa Allah Azza 
wa Jalla memiliki hamba-hamba, mereka bukan para Nabi ataupun Syuhada’ 
(orang-orang yang mati syahid), akan tetapi para Nabi dan Syuhada’ 
merasa iri pada mereka karena tempat dan kedekatan mereka dengan Allah 
pada hari Kiamat". Kemudian, salah seorang Badui datang, dia berasal 
dari pedalaman jauh dan menyendiri, dia menunjuk tangannya ke arah Nabi 
saw. seraya berkata: “Wahai Nabi Allah! Sekelompok orang yang bukan para
 Nabi ataupun Syuhada’ tetapi para Nabi dan Syuhada’ merasa iri kepada 
mereka karena kedudukan dan kedekatan mereka dengan Allah, sebutkan 
ciri-ciri mereka untuk kami?” Wajah Rasulullah saw. bergembira karena 
pertanyaan orang Badui itu, lalu Rasulullah saw. bersabda: "Mereka 
adalah orang-orang yang berasal dari berbagai penjuru dan orang-orang 
asing, diantara mereka tidak dihubungkan oleh kekerabatan yang dekat, 
mereka saling mencintai karena Allah dan saling tulus ikhlas, Allah 
menempatkan untuk mereka mimbar-mimbar dari cahaya pada hari Kiamat, 
Allah mendudukan mereka diatasnya, Allah menjadikan wajah-wajah mereka 
bercahaya, pakaian-pakaian mereka bercahaya, orang-orang ketakutan pada 
hari Kiamat sementara mereka tidak ketakutan, mereka adalah para 
wali-wali Allah yang tidak takut dan tidak bersedih hati." (HR. Ahmad)
Pernahkah mendengar tentang wali Mastur Atau Wali yg tersembunyi...??....      
Banyak Wali-wali tersembunyi, yang banyak orang tidak tahu. Semuanya 
memiliki martabat (tingkatan) dan kekhususan. Sehingga banyak orang 
lebih mengetahui Wali yang masyhur daripada mengetahui Wali Khas yang 
derajatnya ditinggikan oleh Allah pada masanya dibanding lainnya. Bahkan
 seorang Sulthan Awliya masyhur, Syekh Quthbur Rabbani Abdul Qadir 
al-Jaelani Qaddasalahu Sirrahul 'Aziz, pada masa hidupnya tidak dikenal 
sebagai seorang Awliya. Baru setelah 25 tahun terbuka hijab (dinding 
penutup) akan kewaliannya.
Syekh Abdus Salam bin Masyisy Ra. adalah seorang Wali Mursyid yang tidak
 dikenal pada masanya. Tapi setelah ditemukan di atas bukit oleh 
muridnya, yakni Syekh Ali Abul Hasan asy-Syadzili (pendiri Thariqah 
Syadziliyyah), barulah terkuak keberadaan dan kebesaran Awliya-nya di 
tengah umat. Masyhur atau tidak, bukanlah tujuan bagi seorang Awliya. 
Semua terhitung dalam genggaman Kehendak dan takdir-Nya.
Maha besar Allah yg telah menyembunyikan para kekasihnya dibalik hijab 
keanggunan hingga mereka tenggelam dalam samudera keesaan.. lenyap dalam
 lautan tauhid..ketahuilah dulur.. mereka ada disekitar kita.. mereka 
tertutup dibalik hijab Allah.. mereka sama sekali tidak engkau duga 
sebagai seorang wali.. sitrul auroh.. wajib.. sitrul khusussiyyah.. 
aujab... menutup aurot itu wajib, maka menutup keistimewaan itu jauh 
lebih wajib.. kira-kira begitulah pegangan mereka.. namun bukan pula 
mereka sengaja menyembunyikan identitas mereka namun memang kehendak 
Allah menutupi kewalian mereka dimata umum.. selain itu awliya di maqom 
majdub ini dibalik hijab Allah.. dan tentunya hijab Allah itu suci, maka
 hanya boleh dipandang oleh yg suci pula. Dari itulah mengapa kita yg 
dipenuhi karat dosa tidak dapat tembus untuk dapat mengenali para 
awliya.. 
Sering kita dengar ungkapan "YANG MENGENAL WALI HANYA WALI"..Itu benar 
sebab pandangan seorang wali melewati sirrnya tidaklah terhalang apapun 
lagi..Maha besar Allah yg senantiasa memberi petunjuk kepada siapapun yg
 hendak ia berikan petunjuk termasuk untuk dapat mengenali 
walinya...dengan beberapa sumber guru dan pengamatan faham saya yg bebal
 ini.. dengan lancang berani mengkategorikan beberapa ciri yang tampak 
pada seorang AWLIYA yg mastur/tersembunyi, sebagai berikut ; 
1. Mereka seseorang yg low profile, dalam artian keberadaan mereka 
ditengah masyarakat tidaklah terlalu berpengaruh bahkan tidak sama 
sekali.. ketiadaan dan keberadaan mereka tdk begitu menjadi perhatian.. 
2.Tentunya  mereka seorang ahli ibadah yg benar" taat kepada syariat islam yg telah dibawa nabi Muhammad Saw.. 
3. Meskipun mereka seorang ahli ibadah, namun seorang awliya yg mastur 
biasanya tidak tampak kebaikannya begitu pula keburukannya, kemungkinan 
mereka hidup sebagaimana orang yg lain sebagai petani maupun pekerja 
bangunan.. 
4. Mereka seorang ahli dzikir.. meskipun dr yg dilihat mereka terlihat 
beraktivitas sebagaimana masyarakat pada umumnya, namun hati mereka 
tidak sekedippun berpisah kepada Allah di waktu jaga maupun tidur, 
dikala duduk maupun berdiri, dikala siang maupun malam. Mereka tenggelam
 dalam kemesraan bersama Tuhannya.. 
5. Adem hati ketika memandang ataupun dipandang oleh sorotan matanya, 
sebab seorang ahli dzikir sejati yg benar" telah disebut dalam istilah 
tassawwuf "Bertubuhkan Kalimah" akan terpancar jelas diwajahnya.. 
6. Adem hati sesaat duduk atau bercakap denganya, sebab seorang ahli 
dzikir akan menyebarkan energi positif (nurullah) ke sekelilingnya.. 
7. Saat melihat sosoknya atau mengingat namanya, atau bahkan terdengar 
disebut namanya, maka sejenak kitapun ingat kpd Nama Alloh. 
8. Wajah mereka terlihat sedikit kurus dan wajahnya yg terlihat agak 
pucat lantaran renggangnya rusuk-rusuk mereka dari kasur tempat tidur 
dan memperbanyak akan mereka puasa" sunah untuk melatih melawan hawa 
nafsu..
9. Begitu mengagung dan memuliakan Rasulullah sebagai wasithoh mereka washil kepada Alloh... 
10. Tidaklah lisan mereka mengeluarkan sepatah dua patah kata kecuali 
itu mengandung hikmah, walau memang ada sebagian kecil diantara wali 
majdub yg telah tenggelam sepenuhnya dalam kefanaan mengeluarkan 
perkataan yang tidak dimengerti... 
Sekiranya saja kita memiliki kejernihan hati dan atas petunjuk dari 
Allah, niscaya suatu saat kita diperkenankan bertemu mereka dan 
mengambil manfaat kepadanya.. sebab mereka para awliya adalah khalifah 
Allah dimuka bumi.. para pewaris sah Rasulullah yg namanya diharumkan 
oleh semua penduduk langit dan kehadiranya dirindukan pintu-pintu 
surga... 
Dalam Hadits Disebutkan 
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ 
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ : مَنْ 
عَادَى لِيْ وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ 
إِلَيَّ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ،
 وَلاَ يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى 
أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ 
وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِيْ يَبْطِشُ بِهَا، 
وَرِجْلَهُ الَّتِيْ يَمْشِيْ بِهَا، وَلَئِنْ سَأَلَنِيْ لأُعْطِيَنَّهُ، 
وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِيْ لأُعِيْذَنَّهُ
Dari Abu Hurairah ra., dia berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda : 
“Sesungguhya Allah Ta’ala berfirman : ‘Barangsiapa yang memusuhi Wali-Ku
 maka Aku telah mengumumkan perang dengannya. Tidak ada taqarrubnya 
seorang hamba kepada-Ku yang lebih aku cintai kecuali dengan beribadah 
dengan apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan hamba-Ku yang selalu 
mendekatkan diri kepada-Ku dengan nawafil (perkara-perkara sunnah) maka 
Aku akan mencintainya dan jika Aku telah mencintainya maka Aku adalah 
pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang dia
 gunakan untuk melihat, tangannya yang digunakannya untuk memukul dan 
kakinya yang digunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepada-Ku 
niscaya akan Aku berikan dan jika dia minta perlindungan dari-Ku niscaya
 akan Aku lindungi.’ ” (HR. Bukhari)
KISAH WALI TUKANG SAPU
Tiap pagi ia menyapu jalanan pasar. Usianya yang sudah cukup lanjut 
tidak menyurutkan niatnya untuk “mengabdi” kepada orang banyak dengan 
caranya sendiri; dengan menjadi juru bersih pasar. Tidak jarang para 
pedagang di sana meminta tolong kepada sang kakek untuk keperluan 
bisnisnya. Kakek ini seorang tukang sapu dan sekaligus tukang 
disuruh-suruh.
Suatu malam, pedagang A meminta bantuan si kakek untuk mengantar 
barang-barangnya ke suatu tempat. Pedagang A memberi tempo, barang itu 
mesti sudah sampai sebelum subuh. Sang kakek tak menolak. Di tempat 
lain, pedagang B meminta tolong hal yang sama. Ia juga memberi batas 
waktu, subuh hari barang itu harus sudah sampai di tempat. Si kakek 
mengiyakan. Dan celaka, ketika bertemu dengan pedagang C, kakek itu 
diminta lagi untuk mengerjakan perintah yang serupa. Juga ada deadline; 
subuh. Uniknya, lagi-lagi kakek itu menyanggupi.
Bagaimana bisa, pada saat yang bersamaan, barang-barang berbeda harus diantar ke tempat yang saling berjauhan?
Pagi hari, semua barang sudah terkirim ke tujuan. Entah bagaimana 
mulanya, ketiga pedagang A, B dan C terlibat dalam obrolan. Sampailah 
ketiganya pada pembicaraan tentang pengiriman barang subuh tadi. 
Tiba-tiba mereka terhenyak, sebab ketiganya sama-sama meminta bantuan 
kepada orang yang satu. Bagaimana bisa, barang-barang mereka terkirim 
pada saat yang bersamaan oleh orang yang sama; si kakek tukang sapu?
Sejak pagi itulah, “pergunjingan” perihal karamah kakek tukang sapu 
merebak. Manusia yang rendah hati itu tentu bukan orang biasa. Dia tentu
 kekasih (wali)-nya Allah.
Esoknya, setelah sepanjang hari kemarin para pedagang di pasar sibuk 
membicarakan karamahnya, si kakek malah tidak muncul. Usut punya usut, 
ia dikabarkan meninggal dunia. Konon, setelah semua orang tahu akan 
rahasianya, si kakek bermunajat kepada Allah. Ia berucap, kira-kira, “Ya
 Allah, karena rahasia-Mu ini sudah tersibak, maka kembalikanlah aku ke 
sisi-Mu”. Dan permintaannya dikabulkan.
WALI MASTUR
Fragmen cerita di atas mengingatkan kita pada pendapat Sayidina Umar ibn
 al-Khattab. Menurut beliau, keberadaan para kekasih Allah (waliyullah),
 akan senantiasa disamarkan (mastur) oleh-Nya. Kita tidak pernah tahu, 
siapa-siapa saja yang diangkat menjadi kekasih oleh-Nya, seperti kakek 
tadi, atau malah justru para pengemis, atau orang yang kita nilai gila 
di jalanan, atau bahkan orang terdekat kita sendiri, atau justru orang 
yang sedang berada di hadapan Anda sekarang ini (ketika membaca tulisan 
ini). Allahu a’lam. Pendapat ini diamini oleh banyak ulama, meski 
beberapa yang lain tidak menyepakatinya (sebab beberapa banyak wali ada 
yang justru amat jelas terlihat).
Dalam kaitan dengan kekasih-kekasih-Nya yang mastur itu, pelajaran yang 
kita petik adalah supaya kita tidak gegabah dalam menilai orang, apalagi
 sembrono menista dan atau mencemooh orang lain. jangan-jangan, orang 
yang kita nista itu adalah justru kekasih-Nya?
Yang menjadi soal adalah suatu saat Allah berfirman, sebagai Hadits 
Qudsi; “Barang siapa melukai kekasih-Ku, maka Aku akan balik 
memusuhinya”. Diceritakan bahwa dulu, ketika Syaikh Abdul Qadir Jailani 
masih hidup, orang yang menyebut nama beliau tanpa berwudhu, langsung 
terputus kepalanya. Ini karena, seperti Firman Allah kepada beliau, 
“Abdul Qadir, engkau mengagungkan Asma-Ku, maka aku pun memuliakan 
namamu”. Al-hasil, apakah kita memang berniat menjadi musuh-Nya?
Kehidupan "Nyeleneh" Samud
Bagi masyarakat yang berdekatan dengan pasar Kaliwungu, Mangkang, 
Jrakah,  Karangayu sampai pasar Bulu pada era tahun 70-an, mungkin tak 
asing dengan sosok  ”Samud”.  Sepintas pria bertubuh tambun dengan ciri 
bertelanjang dada, Sarung agak tinggi dengan gulungan besar diperut, 
baju disampirkan di pundak, berpeci ke belakang hingga terlihat rambut 
depannya, dan satu tangan terlihat menggerak-gerakkan jarinya seolah 
melakukan wirid. 
Sepintas, warga di era tahun tersebut hanya melihat bahwa Samud hanyalah
 sosok yang kurang normal/gendeng. Bahkan ketika penulis menanyakan hal 
tersebut pada orang tua, teman (saat itu penulis masih kecil) dan handai
 taulan, banyak yang mengatakan kalau Samud “kabotan ngelmu” (tidak kuat
 melakukan laku tirakat). Pekerjaan Samud secara kasat mata adalah 
seperti “peminta-minta” di pasar. Ada yang memberi uang, jajan maupun 
makanan. Tidak hanya dipasar, di kendaraan umum pun Samud juga sering 
meminta.
Namun ada hal aneh yang terlihat saat itu pada diri Samud, dia begitu 
ikhlas dan hidup sederhana. Yang tak kalah aneh saat itu, hampir semua 
bakul yang dimintai oleh Samud, mereka akan memberikan dengan ikhlas dan
 senang hati, bahkan ada perasaan untuk beramal dengan memberi sesuatu 
pada Samud agar rizki mereka ditambah oleh Allah lewat dagangan mereka 
yang laris.
Penulis masih ingat ketika kernet angkutan menawarkan kepada Samud yang 
saat itu berdiri di depan warung makan orang tua penulis untuk ikut 
menuju pasar Karangayu dengan setengah memaksa secara gratis. Hal itu 
penulis tanyakan pada teman, kenapa Samud menjadi rebutan kernet untuk 
ikut angkutannya, jawaban sang teman sangat sederhana. Kernet akan 
mendapat untung, karena para penumpang akan memberi recehan kepada 
Samud, dan uang pemberian tersebut seluruhnya akan diberikan pada kernet
 ( saling menguntungkan bukan?)
Ada ciri khas lagi yang ada pada Samud, yaitu kantong kecil dari kain 
gandum, isinya uang recehan yang banyak sekali layaknya jaman kerajaan.
Siapakah Samud ini?
Sudah ada 3 kelompok yang menanyakan langsung soal Samud pada penulis, 
kebetulan penulis sempat menangi hidup dijamannya. Di mata penulis yang 
saat itu masih kanak-kanak, Samud terlihat sepintas seperti orang 
gendeng yang hidup menggelandang dari pasar ke pasar, tapi bagi sebagian
 orang (khususnya yang menanyakan tentang Samud pada penulis), mereka 
mengabarkan bahwa Samud adalah seorang Wali yang menyembunyikan 
kewaliannya. terlepas dari semua pendapat di atas, penulis melihat bahwa
 kehidupan Samud adalah kehidupan yang ikhlas yang hidupnya dipenuhi 
dengan dzikir disetiap aktifitas dan rutinitas menggelandangnya. Satu 
hal lagi, keberadaan Samud sangat dinantikan oleh para bakul pasar dan 
para kernet.
Makam Samud
Ada pendapat bahwa makam Samud berada di makam Bergota, tepatnya 
dibelakang RS. Kariadi Semarang, yaitu di makam orang-orang yang tidak 
mempunyai keluarga. Namun menurut orang tua penulis (mbah Syamsudin/ 
modin Jrakah) yang kebetulan ikut ngurusi jasad Samud yang meninggal di 
pasar Jrakah, bahwa jasad Samud oleh pihak pamong desa kelurahan Jrakah 
diserahkan pada keluarganya yang ada di Kaliwungu, Kendal dan dimakamkan
 di makam desa setempat.
Samud, Wali Yang Tersembunyi
Terlepas siapa sebenarnya sosok Samud, apakah dia orang gendeng atau 
Wali yang menyembunyikan kewaliannya, hanya Allah  Yang Maha Tahu, 
sebagai manusia kita harus berhati-hati agar tidak mengkultuskan manusia
 secara berlebihan. Yang pasti keberadaan Samud saat itu, tidak pernah 
menyusahkan orang lain, bahkan lebih banyak diharapkan kedatangan dan 
keberadaannya khususnya disekitar wilayah Kaliwungu, Mangkang, Jrakah, 
Karangayu bahkan sampai pasar Bulu, itu semua masuk wilayah Kendal dan 
Semarang.
Kisah Wali Katum
Nama “Wali Katum” sudah tidak asing lagi bagi warga asli Kota 
Banjarmasin khususnya, dan masyarakat Kalimantan Selatan pada umumnya.
Nama beliau sebenarnya adalah Muhammad Ramli bin Anang Katutut, di masa 
kecil beliau bernama Artum Ali, beliau hidup apa adanya tanpa berusaha 
(bekerja), hari-hari beliau habiskan hanya untuk mengabdi kepada Allah 
SWT.
Apabila ada makanan beliau makan, tapi kalau tidak ada beliau akan 
puasa. Meskipun demikian beliau tidak pernah mengeluh, minta-minta dan 
menyusahkan orang lain.
Beliau selalu menutup diri dari orang lain dan suka menyendiri, sehingga
 tidak banyak aktivitas beliau yang terekspos. Karena itulah di 
masyarakat beliau lebih dikenal dengan sebutan “ Wali Katum”.
Kata Katum diambil dari bahasa Arabyang berarti sembunyi.
   
Diceritakan, beliau kalau pergi selalu membawa Al-Qur’an apabila 
berhenti beliau akan membacanya, hingga akhir hayat beliau. Al-Qur’an 
tersebut tidak lagi persegi empat,  melainkan berbentuk lonjong karena 
sisi-sisinya sudah aus terkikis lantaran sering dibaca.
Menurut penuturan Gusti Sulaiman bin Gusti H. Hasan (‘Guru Tuha’ kawan 
dekat dari Tuan Guru Abdussamad Kampung Melayu Sungai Bilu, Banjarmasin,
 sewaktu selama 7 tahun menuntut ilmu di Mekah), bahwa :
Gusti H.Hasan adalah kakak dari Gusti Anang Katutut yang adalah ayah dari Muhammad Ramli (“Wali Katum”).
Dengan demikian maka, Gusti Sulaiman bin Gusti H. Hasan adalah memiliki 
hubungan keluarga sebagai sepupu sekali dengan” Wali Katum” atau Gusti 
Muhammad Ramli bin Gusti Anang Katutut.
Selanjutnya, menurut Gusti Sulaiman bin Gusti H. Hasan, yang kini 
berusia 95 tahun di Banyiur Dalam, Basirih Banjarmasin, ada beberapa 
keganjilan (khawariqul 'adat) dari “Wali Katum”, begitu pula dengan 
bapaknya Gusti Anang Katutut.
Diriwayatkan pernah suatu hari serombongan orang bermobil datang untuk 
mengundang dan menjemput Gusti Anang Katutut (ayah Wali Katum), namun 
beliau tidak mau naik mobil dan mempersilahkan tamu yang menjemputnya 
lebih dahulu pulang. Sedangkan beliau mengeluarkan sebuah sepeda butut 
yang tempat duduknya hanya dililitkan kain supaya bisa duduk di atas 
sepeda butut tersebut.
Namun Alangkah terkejutnya rombongan yang ingin mengundang beliau, 
ternyata ayah Wali Katum sudah tiba lebih dahulu dan sedang menyandarkan
 sepeda bututnya di depan rumah yang ingin mengundang tersebut, padahal 
sewaktu berangkat tadi rombongan yang mengundang lebih dahulu dan cepat 
karena menggunakan mobil.
Selanjutnya diriwayatkan pula oleh Gusti Sulaiman bin Gusti H. Hasan, 
bahwa tempo dahulu pada musim haji, seseorang jama’ah haji dari Hulu 
Sungai melihat seorang pria di mekah yang berjalan beriringan, namun 
sambil berinting-inting atau jalan berjingkat-jingkat tanpa terompah 
(maklum zaman dulu tidak ada sandal jepit). Lalu jama’ah haji tersebut 
bertanya pada pria yang berjingkat, apakah sedang kepanasan kaki 
berjalan di padang pasir, namun pria itu menjawab :” Tidak”. Kemudian 
ditanyakan siapa namanya dan tinggal dimana, Pria misterius itu 
menyebutkan namanya Muhammad Ramli dan alamatnya di Tebu Darat, Hulu 
Sungai Tengah.
Karena merasa kasihan oleh jama,ah haji itu ketika melewati pasar 
dibelikanlah “Sepasang Terompah”, namun setelah menerima terompah 
tersebut, pria berjingkat-jingkat tadi menghilang begitu saja.
Setelah selesai menunaikan ibadah haji dan pulang ke kampung halaman, 
Sang jama’ah haji tadi teringat dan ingin pergi menemui Muhammad Ramli, 
di Tebu Darat. Tapi menurut penduduk kampung Tebu Darat, bahwa tidak ada
 warganya yang naik haji tahun ini. Tapi kalau orang yang bernama 
Muhammad Ramli memang ada, tapi tidak pergi haji, namun hanya berkhalwat
 di gubuk persawahan.
Merasa penasaran sang jama’ah haji itu lalu minta bawakan ke Gubuk 
Muhammad Ramli tersebut. Dan ternyata memang beliau lah yang bertemu 
dengannya di Mekah, sedangkan “Sepasang Terompah” terlihat ada 
digantungkan di dinding rumah / Gubuk Muhammad Ramli.
Sejak saat itulah masyarakat baru mengetahui, bahwa Muhammad Ramli 
adalah seorang Wali Allah SWT, sehingga beliau diberi gelar “Wali Katum”
 atau wali yang tersembunyi.
Gusti Muhammad Ramli atau (“Wali Katum”) wafat tanggal 24 Juni 1982 M 
bertepatan dengan tanggal 29 Sya'ban 1402 H pada usia sekitar 70 tahun.
Makam “Wali Katum” terletak di desa Tabu Darat kecamatan Labuan Amas Selatan kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan.
Makam keramat “Wali Katum” juga menarik ,karena selalu mendapat 
kunjungan ziarah dari masyarakat Kalimantan Selatan dan juga wisatawan 
peziarah lainnya.
Wali Mastur Zaman Abah Guru Sekumpul
Ada Seorang Sayyid (Dzuriyah Nabi SAW), yang setiap hari duduk-duduk di
 tempat perjudian. Sampai suatu saat ajal datang menjemputnya, 
orang-orang kampung tidak ada yang tahu siapa dia sebenarnya. 
Di saat wafatnya, hanya Istri dan anaknya yang menghadapi jenazahnya, 
tidak ada satu tetangga pun datang. Tidak ada satu pun tetangga yang mau
 memandikan, mengkafani, menshalatkan jenazahnya.
Sang Istri menangis melihat keadaan suaminya, dia-pun berdo'a: 
"Yaa Allah.. Bagaimana dengan jenazah suamiku, Apakah aku buang ke 
sungai Mahakam ini atau aku biarkan sampai membusuk.. Engkau Yang Maha 
Luas Rahmat-Mu, berilah petunjuk..."
Tiba-tiba masuk seorang tampan tinggi rupawan mengucapkan salam.
"Assalamu'alaikum Yaa Syarifah..."
Tampak puluhan orang berjubah dan bersorban mengiringi dibelakangnya.
"Wa'alaikum salam Warohmatullah..."
Saat melihat Sang Guru, si Syarifah tersentak kaget bukan main, yang 
datang adalah Al Imam Al Quthubul Akwan As-Syeikh Muhammad Zaini Bin 
Abdul Ghani Sekumpul.
Syarifah bertanya, "Kapan Pian kesini Guru.. Kalimantan Timur dan 
Kalimantan Selatan sangatlah jauh, apalagi kami di daerah Hulu Mahakam 
Kembang Janggut ini."
Jawab Guru Sekumpul
"Allah Yang Memudahkan..."
Tiba-tiba dari luar banyak orang kampung datang, dan terperanjat 
seketika tahu yang datang Guru Sekumpul, maka mereka keheranan dan 
salah-satu dari mereka berkata, "Wahai Guru, ini adalah orang yang 
senang berjudi, tiap hari duduk-duduk di tempat perjudian..."
Guru Sekumpul tersenyum dan berkata, "Apakah kamu melihat beliau sendiri
 main judi, atau beliau cuma duduk-duduk saja disitu tanpa main judi?"
Sang penduduk terdiam, kata Abah Guru Sekumpul kemudian "beliau ini yang
 tiap hari kalian lihat di tempat perjudian adalah seorang Dzuriat 
Rasulullah SAW, beliau ini yang jadi Penyandang Bala di kampung sini, 
beliau ini yang setiap malam pada saat kalian tidur beliau bangun dan 
shalat tahajud mendo'a kan kalian, beliau juga yang rela setiap hari 
duduk di tempat perjudian berdzikir dan memohon ampun untuk para penjudi
 agar mereka sadar.., tapi kalian tidak tahu kalian cuma melihat dengan 
pandangan dzahir saja, beliau tidak terkenal dalam pandangan masyarakat 
bumi tapi sangat terkenal di langit"
Allahumma sholli 'alaa Sayyidina Muhammad.....
Jangan mudah su'udzon kepada orang lain.....terlebih kepada Dzuriat Rasul SAW.....
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda


Post a Comment