TABIR GELAP PERSELINGKUKAH AMERIKA DENGAN ISLAM RADIKAL ( EKSTRIM )
Dalam penulisan sejarah perang dingin dan tatanan dunia baru, terdapat
satu episode penting yang tidak terekam, yaitu cerita tentang Amerika
Serikat yang mendanai dan mendorong aktivitas fundamentalisme Islam
(ektrem kanan) yang dilakukan secara terbuka dan vulgar maupun secara
secret operation.
Selama perang dingin berlangsung dalam rentang waktu sejak 1945 hingga 1991, musuh yang dihadapi Amerika Serikat bukan hanya Uni Soviet, tetapi juga para pemimpin dunia Arab yang tidak menyetujui secara total kebijakan Amerika Serikat atau segala hal yang menentang hegemoni Barat, terutama hegemoni Amerika Serikat.
Para pemimpin yang berideologi nasionalisme, humanisme, sekularisme dan sosialisme sangat dicurigai dan ditakuti oleh kekuatan fundamentalisme muslim yang baru lahir. Tak pelak di seluruh wilayah itu, sayap kanan Islam melancarkan perang melawan para penganjur ideologi Barat di Timur Tengah. Pergolakan ini dijadikan kesempatan empuk oleh Amerika Serikat dengan desain politiknya untuk berpihak pada gerakan Islam kanan. Dari sinilah, perselingkuhan antara Amerika Serikat dengan Fundamentalisme Islam terjadi.
Perselingkuhan Amerika Serikat berpihak pada gerakan Islam kanan tidak lain untuk mengegolkan agenda besarnya menghancurkan Uni Soviet di sepanjang perbatasan sisi selatan. Kenyataan ini telah memunculkan ide bahwa Islam sendiri mampu memperkuat strategi bergaya ''Maginot Line'' dan secara berangsur-angsur ide sabuk hijau di sepanjang ''lingkar Islam'' juga terbentuk. Ide tersebut tidaklah sekadar defensif belaka, karena Amerika Serikat membayangkan bahwa para muslim yang gelisah di negara-negara Asia Tengah dan Uni Soviet bisa menjadi penghancur Uni Soviet itu sendiri. Asumsi inilah yang akhirnya memotifasi Amerika Serikat untuk bergerak mendorong ke arah religious extremist. Begitulah kira-kira isi buku ini.
Megaproyek
Perselingkuhan Amerika Serikat ini tentu dilancarkan untuk mendukung megaproyek menghancurkan Uni Soviet di Timur Tengah. Seorang William Casey sebagai nomor satu di CIA merayu kongres Amerika untuk menjadi provider senjata bagi para mujahidin dengan senjata antipesawat terbang buatan mereka untuk merontokkan pesawat tempur Uni Soviet. Casey juga melobi kongres untuk menyediakan advisor dan instruktur cerdas untuk memberikan ''perkuliahan strategi perang'' kepada para gerilyawan. Casey juga melarang bagi gerilyawan menggunakan unsur keamerikaan. Tidak ada senjata dengan warna dan bau Amerika, apalagi tentara Amerika yang terjun secara langsung dalam kancah pertempuran.
Dendam kesumat Amerika terhadap Uni Soviet disebabkan karena pernah membuat Amerika Serika kerepotan di Vietnam. Dengan itulah Amerika Serikat me-launching gerilyawan di kawasan Tajikistan dan Uzbekistan yang merupakan dua daerah yang dihuni oleh para muslim lentur dan lemah yang hidup di bawah Soviet. Pemilihan tempat ini dengan alasan mata rantai pasukan Soviet yang berada di Afghanistan dalam menerima suplai peralatan perangnya. Tugas penyerangan ini dibebankan kepada tokoh yang merupakan favorit dan leader para mujahidin yaitu Gulbudin Hikmatiyar. Dalam misi ini penyerangan ke pemukiman Tajikistan sangat berhasil sehingga Casey sangat kegirangan dan langkah selanjutnya dia mengadakan kunjungan rahasia ke Pakistan dan menyusuri perbatasan Afghanistan bersama dengan Presiden Zia yang mempunyai proyek Islamisasi negara untuk meninjau dan melihat para mujahidin.
Untuk mendukung misinya, Amerika lalu merekrut para muslim militan dan radikal dari semua kawasan untuk bergabung dengan para mujahidin Afghanistan sehingga antara 1982 sampai dengan 1992 telah terekrut sekitar 35.000 muslim militan dan radikal dari 43 negara muslim baik dari Timur Tengah, Afrika Utara dan Timur, Asia Tengah dan Asia Timur jauh termasuk Indonesia setelah mereka melewati pembai'atan untuk terlibat di kancah peperangan bersama para mujahidin Afghanistan. Sepuluh orang dari seribu mujahid di didik secara khusus di ratusan madrasah yang dibangun oleh militer Zia di sepanjang perbatasan Afghanistan. Pada akhirnya lebih dari 100.000 muslim militan dan radikal yang mempunyai semangat jihad yang tinggi melawan ''Atheisme State'' di mata para mujahidin dan ''Communisme Peril'' di mata Amerika (halaman xxiii).
Pada waktu itu, tidak satu pun dari pemain Seperti CIA, M16, dan ISI memperhitungkan dampak dari sebuah megaproyek ini. Mereka tidak perna melakukan kalkulasi matematis dan sosial bahwa sebenarnya para sukarelawan yang datang ke Afghanistan yang kemudian dikenal dengan sebutan Arab-Afghans, mempunyai hidden agenda yang sangat mungkin kebencian mereka terhadap Soviet akan diaplikasikan pada pemerintahan negeri mereka dan termasuk juga kepada Amerika Serikat sendiri.
Amerika Serikat baru sadar dan terjaga dari tidurnya setelah konsekuensi dan konsesi dari pelatihan para muslim militan radikalis di laboratorium terbuka Pakistan dan Afghanistan telah merontokkan gedung WTC 11 September 1993 dan membunuh enam orang serta melukai lebih dari seribu orang yang dikenal dengan tragedi WTC I, mungkin relefan pepatah ''senjata makan tuan'' di sandang oleh negara Amerika dari kejadian tersebut. Kondisi ini kian diperparah dengan adanya tragedi serupa pada 11 September 2001 yang kemudian dikenal dengan sebutan WTC II.
Dari kejadian di atas kemudian presiden Amerika Serikat George Bush mengumandangkan perang terhadap terorisme. Infasi tentara Amerika Serikat ke Irak, Usamah bin Ladin, dan Afghanistan merupakan rangkaian kekecewaan terhadap fundamentalisme Islam yang pada awalnya didanai dan dilatih oleh Amerika Serikat. Perselingkuhan Amerika Serikat dengan Islam fundamentalis akhirnya berakhir antiklimaks.
Dengan demikian, meskipun buku ini tidak secara eksplisit membeberkan perselingkuhan Amerika Serikat dengan Islam fundamentalis di Indonesia, kehadirannya tetaplah penting. Buku ini ditulis bukan untuk dilupakan, tetapi untuk menyingkap tabir gelap perselingkuhan politik dan ekonomi Amerika Serikat dengan Islam fundamentalis yang sudah berlangsung selama 60 tahun.
Selama perang dingin berlangsung dalam rentang waktu sejak 1945 hingga 1991, musuh yang dihadapi Amerika Serikat bukan hanya Uni Soviet, tetapi juga para pemimpin dunia Arab yang tidak menyetujui secara total kebijakan Amerika Serikat atau segala hal yang menentang hegemoni Barat, terutama hegemoni Amerika Serikat.
Para pemimpin yang berideologi nasionalisme, humanisme, sekularisme dan sosialisme sangat dicurigai dan ditakuti oleh kekuatan fundamentalisme muslim yang baru lahir. Tak pelak di seluruh wilayah itu, sayap kanan Islam melancarkan perang melawan para penganjur ideologi Barat di Timur Tengah. Pergolakan ini dijadikan kesempatan empuk oleh Amerika Serikat dengan desain politiknya untuk berpihak pada gerakan Islam kanan. Dari sinilah, perselingkuhan antara Amerika Serikat dengan Fundamentalisme Islam terjadi.
Perselingkuhan Amerika Serikat berpihak pada gerakan Islam kanan tidak lain untuk mengegolkan agenda besarnya menghancurkan Uni Soviet di sepanjang perbatasan sisi selatan. Kenyataan ini telah memunculkan ide bahwa Islam sendiri mampu memperkuat strategi bergaya ''Maginot Line'' dan secara berangsur-angsur ide sabuk hijau di sepanjang ''lingkar Islam'' juga terbentuk. Ide tersebut tidaklah sekadar defensif belaka, karena Amerika Serikat membayangkan bahwa para muslim yang gelisah di negara-negara Asia Tengah dan Uni Soviet bisa menjadi penghancur Uni Soviet itu sendiri. Asumsi inilah yang akhirnya memotifasi Amerika Serikat untuk bergerak mendorong ke arah religious extremist. Begitulah kira-kira isi buku ini.
Megaproyek
Perselingkuhan Amerika Serikat ini tentu dilancarkan untuk mendukung megaproyek menghancurkan Uni Soviet di Timur Tengah. Seorang William Casey sebagai nomor satu di CIA merayu kongres Amerika untuk menjadi provider senjata bagi para mujahidin dengan senjata antipesawat terbang buatan mereka untuk merontokkan pesawat tempur Uni Soviet. Casey juga melobi kongres untuk menyediakan advisor dan instruktur cerdas untuk memberikan ''perkuliahan strategi perang'' kepada para gerilyawan. Casey juga melarang bagi gerilyawan menggunakan unsur keamerikaan. Tidak ada senjata dengan warna dan bau Amerika, apalagi tentara Amerika yang terjun secara langsung dalam kancah pertempuran.
Dendam kesumat Amerika terhadap Uni Soviet disebabkan karena pernah membuat Amerika Serika kerepotan di Vietnam. Dengan itulah Amerika Serikat me-launching gerilyawan di kawasan Tajikistan dan Uzbekistan yang merupakan dua daerah yang dihuni oleh para muslim lentur dan lemah yang hidup di bawah Soviet. Pemilihan tempat ini dengan alasan mata rantai pasukan Soviet yang berada di Afghanistan dalam menerima suplai peralatan perangnya. Tugas penyerangan ini dibebankan kepada tokoh yang merupakan favorit dan leader para mujahidin yaitu Gulbudin Hikmatiyar. Dalam misi ini penyerangan ke pemukiman Tajikistan sangat berhasil sehingga Casey sangat kegirangan dan langkah selanjutnya dia mengadakan kunjungan rahasia ke Pakistan dan menyusuri perbatasan Afghanistan bersama dengan Presiden Zia yang mempunyai proyek Islamisasi negara untuk meninjau dan melihat para mujahidin.
Untuk mendukung misinya, Amerika lalu merekrut para muslim militan dan radikal dari semua kawasan untuk bergabung dengan para mujahidin Afghanistan sehingga antara 1982 sampai dengan 1992 telah terekrut sekitar 35.000 muslim militan dan radikal dari 43 negara muslim baik dari Timur Tengah, Afrika Utara dan Timur, Asia Tengah dan Asia Timur jauh termasuk Indonesia setelah mereka melewati pembai'atan untuk terlibat di kancah peperangan bersama para mujahidin Afghanistan. Sepuluh orang dari seribu mujahid di didik secara khusus di ratusan madrasah yang dibangun oleh militer Zia di sepanjang perbatasan Afghanistan. Pada akhirnya lebih dari 100.000 muslim militan dan radikal yang mempunyai semangat jihad yang tinggi melawan ''Atheisme State'' di mata para mujahidin dan ''Communisme Peril'' di mata Amerika (halaman xxiii).
Pada waktu itu, tidak satu pun dari pemain Seperti CIA, M16, dan ISI memperhitungkan dampak dari sebuah megaproyek ini. Mereka tidak perna melakukan kalkulasi matematis dan sosial bahwa sebenarnya para sukarelawan yang datang ke Afghanistan yang kemudian dikenal dengan sebutan Arab-Afghans, mempunyai hidden agenda yang sangat mungkin kebencian mereka terhadap Soviet akan diaplikasikan pada pemerintahan negeri mereka dan termasuk juga kepada Amerika Serikat sendiri.
Amerika Serikat baru sadar dan terjaga dari tidurnya setelah konsekuensi dan konsesi dari pelatihan para muslim militan radikalis di laboratorium terbuka Pakistan dan Afghanistan telah merontokkan gedung WTC 11 September 1993 dan membunuh enam orang serta melukai lebih dari seribu orang yang dikenal dengan tragedi WTC I, mungkin relefan pepatah ''senjata makan tuan'' di sandang oleh negara Amerika dari kejadian tersebut. Kondisi ini kian diperparah dengan adanya tragedi serupa pada 11 September 2001 yang kemudian dikenal dengan sebutan WTC II.
Dari kejadian di atas kemudian presiden Amerika Serikat George Bush mengumandangkan perang terhadap terorisme. Infasi tentara Amerika Serikat ke Irak, Usamah bin Ladin, dan Afghanistan merupakan rangkaian kekecewaan terhadap fundamentalisme Islam yang pada awalnya didanai dan dilatih oleh Amerika Serikat. Perselingkuhan Amerika Serikat dengan Islam fundamentalis akhirnya berakhir antiklimaks.
Dengan demikian, meskipun buku ini tidak secara eksplisit membeberkan perselingkuhan Amerika Serikat dengan Islam fundamentalis di Indonesia, kehadirannya tetaplah penting. Buku ini ditulis bukan untuk dilupakan, tetapi untuk menyingkap tabir gelap perselingkuhan politik dan ekonomi Amerika Serikat dengan Islam fundamentalis yang sudah berlangsung selama 60 tahun.
Post a Comment