ARAB SAUDI YANG SELALU MENGHIANATI PALESTINA
Situs Arabi21 mengungkap bahwa penjualan Tepi Barat dan al-Quds kepada
rezim Zionis Israel dengan puluhan miliaran dolar merupakan konspirasi
baru Putra Mahkota Arab Saudi terhadap Palestina.
Menurut situs Arabi21, Sabtu, 17 Desember 2017, baru-baru ini surat kabar Amerika mengungkap bahwa Mohammed bin Salman, Putra Mahkota Arab Saudi telah menekan Mahmoud Abbas, Pemimpin Otorita Palestina untuk menyepakati penjualan tanah Palestina kepada Israel.
Dalam laporan yang disusun oleh Jeffrey Arnson, seorang peneliti Amerika disebutkan bahwa Mohammed bin Salman telah mengusulkan kepada Mahmoud Abbas dana sebesar 10 miliar dolar sebagai imbalan untuk pengabaian Otorita Palestina terhadap Tepi Barat dan al-Quds.
Menurut laporan itu, Mohammed bin Salman kepada Mahmoud Abbas mengatakan bahwa sekarang telah tiba waktunya untuk melaksanakan "Plan B," yaitu negara Palestina dibentuk di Jalur Gaza dengan operasi transportasi tidak terbatas ke Semenanjung Sinai.
Konspirasi baru Putra Mahkota Arab Saudi terungkap ketika beberapa waktu lalu, Ahmed bin Saad al-Qarni, seorang Mufti Arab Saudi kepada rakyat Palestina dan umat Islam mengatakan "Biarkan Masjid al-Aqsa untuk Yahudi!" Ia juga mengakui bahwa negara-negara Arab tidak akan mengirim pasukan untuk membebaskan al-Quds. Menurut al-Qarni, kematian dalam membela Masjid al-Aqsa juga bukan mati Syahid dan pembelaan seperti itu hanya sia-sia saja.
Posisi seperti itu dan terungkapnya rencana Putra Mahkota Arab Saudi bersamaan dengan langkah konspiratif Donald Trump, Presiden Amerika Serikat terkait dengan al-Quds serta upaya untuk menangani isu Palestina untuk keuntungan Israel menunjukkan adanya konspirasi bersama antara AS dan Arab Saudi terhadap Palestina guna menghapus cita-cita rakyat Palestina.
Benih konspirasi baru terhadap al-Quds itu muncul dalam kunjungan Presiden AS ke Arab Saudi pada bulan Mei 2017 dan kontrak senjata serta kerjasama antarkedua negara yang nilainya sekitar 500 miliar dolar. Dalam kunjungan tersebut, Trump juga menari dengan pedang bersama para pangeran Arab Saudi.
Kalangan politik menilai konspirasi baru Arab Saudi dan AS sebagai konspirasi terbesar untuk menghapus isu Palestina. Dalam kerangka rencana munafik Presiden AS untuk mewujudkan apa yang disebut sebagai perdamaian di Timur Tengah, Arab Saudi telah menekan Pemimpin Otorita Palestina agar menerima konspiasi baru yang disebut sebagai "The deal of the century" atau jika tidak bersedia menerimanya, ia harus memilih untuk mengundurkan diri.
Langkah Arab Saudi tersebut menunjukkan konspirasi berbahaya terhadap negara-negara regional terutama Palestina dengan fokus pada Timur Tengah baru versi AS, di mana titik beratnya adalah membagi wilayah negara-negara di kawasan dan membentuk "Israel Raya" dari Sungai Nil hingga Eufrat dengan pusat al-Quds. Tampaknya sebagian besar kontrak besar Arab Saudi dengan AS adalah untuk menindaklanjuti rencana "Timur Tengah Baru" yang diinginkan Amerika.
Sejarah Palestina dipenuhi dengan pengkhianatan para penguasa Arab dan elemen-elemen lain tertentu, di mana Arab Saudi telah memainkan peran khusus terkait masalah ini. Dengan menawarkan rencana-rencana yang menipu publik, Riyadh berusaha memajukan kebijakan AS di Timur Tengah. Hal ini juga pernah terbukti seperti dalam rencana perdamaian Arab yang ditawarkan Arab Saudi pada pada tahun 2002, di mana sebagian besar hak-hak rakyat Palestina diabaikan dalam rencana tersebut.
Ketika konspirasi rezim Zionis dan AS terhadap al-Quds menemukan dimensi luas dalam beberapa hari terakhir, muncul berita mengenai upaya Al Saud untuk menyiapkan kondisi bagi dominasi penuh Israel terhadap al-Quds dan pendudukan berbagai wilayah Palestina serta dorongannya kepada rakyat Palestina untuk membentuk negara terbatas Palestina di wilayah kecil dan diblokade, yaitu Gaza dan wilayah Mesir seperti Sinai.
Langkah Arab Saudi yang mengabaikan hak-hak rakyat Palestina dan konspirasinya terhadap al-Quds –sebagai Kiblat Pertama umat Islam– dilakukan ketika negara Arab itu mengklaim diri sebagai "Pelayan Islam."
Menurut situs Arabi21, Sabtu, 17 Desember 2017, baru-baru ini surat kabar Amerika mengungkap bahwa Mohammed bin Salman, Putra Mahkota Arab Saudi telah menekan Mahmoud Abbas, Pemimpin Otorita Palestina untuk menyepakati penjualan tanah Palestina kepada Israel.
Dalam laporan yang disusun oleh Jeffrey Arnson, seorang peneliti Amerika disebutkan bahwa Mohammed bin Salman telah mengusulkan kepada Mahmoud Abbas dana sebesar 10 miliar dolar sebagai imbalan untuk pengabaian Otorita Palestina terhadap Tepi Barat dan al-Quds.
Menurut laporan itu, Mohammed bin Salman kepada Mahmoud Abbas mengatakan bahwa sekarang telah tiba waktunya untuk melaksanakan "Plan B," yaitu negara Palestina dibentuk di Jalur Gaza dengan operasi transportasi tidak terbatas ke Semenanjung Sinai.
Konspirasi baru Putra Mahkota Arab Saudi terungkap ketika beberapa waktu lalu, Ahmed bin Saad al-Qarni, seorang Mufti Arab Saudi kepada rakyat Palestina dan umat Islam mengatakan "Biarkan Masjid al-Aqsa untuk Yahudi!" Ia juga mengakui bahwa negara-negara Arab tidak akan mengirim pasukan untuk membebaskan al-Quds. Menurut al-Qarni, kematian dalam membela Masjid al-Aqsa juga bukan mati Syahid dan pembelaan seperti itu hanya sia-sia saja.
Posisi seperti itu dan terungkapnya rencana Putra Mahkota Arab Saudi bersamaan dengan langkah konspiratif Donald Trump, Presiden Amerika Serikat terkait dengan al-Quds serta upaya untuk menangani isu Palestina untuk keuntungan Israel menunjukkan adanya konspirasi bersama antara AS dan Arab Saudi terhadap Palestina guna menghapus cita-cita rakyat Palestina.
Benih konspirasi baru terhadap al-Quds itu muncul dalam kunjungan Presiden AS ke Arab Saudi pada bulan Mei 2017 dan kontrak senjata serta kerjasama antarkedua negara yang nilainya sekitar 500 miliar dolar. Dalam kunjungan tersebut, Trump juga menari dengan pedang bersama para pangeran Arab Saudi.
Kalangan politik menilai konspirasi baru Arab Saudi dan AS sebagai konspirasi terbesar untuk menghapus isu Palestina. Dalam kerangka rencana munafik Presiden AS untuk mewujudkan apa yang disebut sebagai perdamaian di Timur Tengah, Arab Saudi telah menekan Pemimpin Otorita Palestina agar menerima konspiasi baru yang disebut sebagai "The deal of the century" atau jika tidak bersedia menerimanya, ia harus memilih untuk mengundurkan diri.
Langkah Arab Saudi tersebut menunjukkan konspirasi berbahaya terhadap negara-negara regional terutama Palestina dengan fokus pada Timur Tengah baru versi AS, di mana titik beratnya adalah membagi wilayah negara-negara di kawasan dan membentuk "Israel Raya" dari Sungai Nil hingga Eufrat dengan pusat al-Quds. Tampaknya sebagian besar kontrak besar Arab Saudi dengan AS adalah untuk menindaklanjuti rencana "Timur Tengah Baru" yang diinginkan Amerika.
Sejarah Palestina dipenuhi dengan pengkhianatan para penguasa Arab dan elemen-elemen lain tertentu, di mana Arab Saudi telah memainkan peran khusus terkait masalah ini. Dengan menawarkan rencana-rencana yang menipu publik, Riyadh berusaha memajukan kebijakan AS di Timur Tengah. Hal ini juga pernah terbukti seperti dalam rencana perdamaian Arab yang ditawarkan Arab Saudi pada pada tahun 2002, di mana sebagian besar hak-hak rakyat Palestina diabaikan dalam rencana tersebut.
Ketika konspirasi rezim Zionis dan AS terhadap al-Quds menemukan dimensi luas dalam beberapa hari terakhir, muncul berita mengenai upaya Al Saud untuk menyiapkan kondisi bagi dominasi penuh Israel terhadap al-Quds dan pendudukan berbagai wilayah Palestina serta dorongannya kepada rakyat Palestina untuk membentuk negara terbatas Palestina di wilayah kecil dan diblokade, yaitu Gaza dan wilayah Mesir seperti Sinai.
Langkah Arab Saudi yang mengabaikan hak-hak rakyat Palestina dan konspirasinya terhadap al-Quds –sebagai Kiblat Pertama umat Islam– dilakukan ketika negara Arab itu mengklaim diri sebagai "Pelayan Islam."
Post a Comment