SIAPAKAH HUDZAIFAH AL YAMANI dan JABIR BIN ABDULLAH AL-ANSARI (RA)


SIAPAKAH HUDZAIFAH AL-YAMANI dan JABIR BIN ABDULLAH AL-ANSARI (RA):
HUDZAIFAH AL-YAMANI (RA): Ia adalah seorang sahabat Nabi yang sangat dipercayai oleh Nabi. Ia juga adalah sahabat Imam Ali bin Abi Thalib. Ia juga termasuk dalam kelompok orang yang hadir dalam proses penguburan Bunda Fathimah Az-Zahra (Putri Rasulullah saw) yang dikuburkan secara rahasia. Banyak sekali peristiwa dalam sejarah yang menunjukkan bahwa Hudzaifah Al-Yamani itu adalah seorang sahabat Rasulullah yang sangat setia. Hudzaifah Al-Yamani bersedia dipanggil oleh Rasulullah untuk berperang di dalam perang Khandaq (perang parit). Waktu itu Rasulullah menawarkan surga kepada siapapun yang berani untuk masuk ke wilayah musuh dalam tugas memata-matai kekuatan musuh. Itu adalah pekerjaan yang sangat berbahaya akan tetapi Hudzaifah Al-Yamani bersedia melakukannya. 

Hudzaifah juga dikenal orang sebagai “Si Pemegang Rahasia”, karena Rasulullah telah memberikan nama-nama dan ciri-ciri dari orang-orang yang munafik yang bermaksud untuk membunuh Nabi pada perjalanan pulang sekembalinya dari perang Tabuk. Akan tetapi Rasulullah memintanya untuk tidak membocorkan rahasia itu.

Hudzaifah Al-Yamani pernah ditunjuk sebagai gubernur kota Madain (sebuah tempat di dekat kota Baghdad, Iraq) pada masa Umar bin Khattab dan ia tetap menjalankan tugasnya hingga Imam Ali bin Abi Thalib ditunjuk umat untuk menjadi Khalifah.Imam Ali mengirimkan sepucuk surat kepada para penduduk kota Madain memberitahu mereka bahwa sekarang yang menjadi khalifah adalah Imam Ali sekaligus mengukuhkan posisi Hudzaifah sebagai gubernur kota Madain untuk melanjutkan tugasnya di sana. Hudzaifah Al-Yamani meninggal dunia sebelum terjadi Perang Jamal (perang saudara antara para sahabat Nabi dalam dua kubu yaitu kubu Imam Ali bin Abi Thalib di satu sisi; dan kubu ‘Aisyah binti Abu Bakar di sisi lainnya) pada tahun 36 H. Hudzaifah Al-Yamani dikebumikan di kota Madain.

  JABIR BIN ABDULLAH AL-ANSARI (RA): Jabir bin Abdullah Al-Ansari (RA) juga adalah seorang sahabat Nabi yang utama dan mulia diantara para sahabat Nabi lainnya. Jabir bin Abdullah Al-Ansari selalu berada di front terdepan dalam kurang lebih 18 peperangan yang ia ikuti untuk membela Islam. Jabir bin Abdullah Al-Ansari diberkahi umur yang cukup panjang sehingga ia masih hidup pada zaman Cicit Rasulullah saww Imam Muhammad Al-Baqir dan puteranya yaitu Imam Ja’far As-Sadiq.

Tentang Jabir, Imam Ja’far As-Sadiq pernah berkata:

“Jabir bin Abdullah Al-Ansari adalah sahabat Rasulullah satu-satunya yang tersisa”

Jabir bin Abdullah Al-Ansari demi mendengar bahwa Sayyidina Husein (Cucu Rasulullah saw) telah syahid dibantai oleh tentara Yazid; sementara para sahabat serta keluarganya yang tersisa sedang dipermalukan, ditawan dan diarak di jalanan; segera saja Jabir—yang sudah sangat renta—bergegas menuju Karbala dengan sepasukan kecil terdiri dari para sahabatnya dan pengikutnya yang setia. Sesampainya di sana Jabir hanya menemukan potongan-potongan tubuh keluarga suci Rasulullah beserta para pengikut setianya berserakan berlumuran darah. Jabir jugalah (beserta pasukan kecilnya) yang memunguti potongan tubuh itu satu persatu dan menguburkan potongan jenazah para syuhada itu di sana. Jabir bin Abdullah Al-Ansari jugalah yang menjadi orang pertama yang berziarah di pemakaman Karbala dimana Para Syuhada Karbala dikebumikan dan ia jugalah yang sebelumnya melangsungkan upacara penguburan atasnya.

Diriwayatkan bahwa dulu Rasulullah saw pernah berwasiat kepada Jabir bin Abdullah Al-Ansari bahwa ia akan hidup lama dan berusia panjang hingga akhirnya ia bisa menemui seorang Cicit Rasulullah saw yang bernama Muhammad Al-Baqir yang rupanya (wajahnya) dan akhlaknya sangat mirip dengan Rasulullah. Rasulullah meminta kepada Jabir bin Abdullah Al-Ansari untuk menyampaikan salamnya (pada cicitnya itu).

Sepanjang hidupnya Jabir bin Abdullah Al-Ansari tidak sabar menunggu untuk bertemu dengan Muhammad Al-Baqir. Hingga akhirnya hari yang dinantikan itu datang juga. Ketika bertemu dengan orang yang dimaksud, Jabir sangat gembira dan memeluk erat sang Imam sambil mengatakan bahwa Rasulullah telah menitipkan salam untuk sang Imam.

Jabir bin Abdullah Al-Ansari tidak berusia lama lagi setelah pertemuan dengan Muhammad Al-Baqir itu. Ia sempat ditawan oleh Hajjaj bin Yusuf dan diriwayatkan bahwa timah cair yang panas sekali disiramkan ke atas kedua tangan sucinya oleh penguasa kejam bernama Hajjaj bin Yusuf itu. Jabir bin Abdullah Al-Ansari meninggal pada usia 94 tahun dan dikebumikan di kota Madain.

Marilah kita sampaikan bacaan Al-Fathihah untuk mereka berdua; kedua murid cerdas dari baginda Rasulullah yang mulia. Marilah kita mengingat selalu setiap sumbangsih dan jasanya terhadap Islam dan do’akan mereka yang terbaik dan sekaligus memohon kepada Allah agar kita bisa diberikan kekuatan untuk mengikuti jejak langkah keduanya dalam membela Islam yang benar.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.